IMF: Corona Akan Picu Krisis Sosial

Redaksi Redaksi
IMF: Corona Akan Picu Krisis Sosial
(AP/Manish Swarup)
Foto: Buruh Migran India Pulang Kampung dengan Berjalan Kaki Imbas Lockdown.

JAKARTA - Dalam sebuah laporan barunya yang terbit Selasa (14/4/2020), Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pandemi virus corona (COVID-19) akan memicu krisis sosial di beberapa negara, jika kebijakan dalam menekan angka terjangkit tidak adil kepada masyarakat dari berbagai golongan.

Dalam upaya untuk menekan angka penyebaran virus ini, sebagian besar ekonomi global terpaksa ditutup, sehingga pasar ekonomi di negara-negara berkembang harus menanggung beban terberat.

Direktur departemen urusan fiskal IMF, Vitor Gaspar mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa protes massa tidak mungkin terjadi akibat adanya kebijakan penguncian (lockdown), namun diprediksi akan melonjak kerusuhan baru ketika krisis tampak terlihat terkendali nantinya.

Untuk itu, pembuat kebijakan harus berkomunikasi dengan masyarakat yang menjadi korban paling terdampak dalam membangun dukungan dan mengatasi virus itu sendiri.

"Ini adalah sesuatu yang kami tekankan: sangat penting untuk memberikan dukungan kepada rumah tangga dan perusahaan yang menjadi rentan oleh krisis. Tujuannya adalah untuk mendukung dan melindungi orang dan perusahaan yang telah terkena dampak penutupan," kata Gaspar, dikutip dari Reuters.

Ketegangan di dalam masyarakat sendiri sudah terlihat jelas ketika diberlakukannya lockdown yang membuat pekerja sektor informal, harus rela dan siap hidup tanpa pekerjaan, penghasilan, bahkan makanan.

Di kota Mumbai, India, ribuan pekerja migran yang tidak memiliki pekerjaan, melakukan aksi protes untuk menuntut diizinkan kembali ke kampung halaman mereka, sesaat setelah Perdana Menteri Narendra Modi memperpanjang masa lockdown negara dengan populasi 1,3 miliar tersebut.

Sejak diberlakukannya lockdown pada akhir Maret, angka pengangguran hampir dua kali lipat menjadi sekitar 14,5% di India, menurut Pusat Pemantauan Ekonomi India.

Selain di India, kebijakan lockdown di negara-negara lain juga sudah memicu eksodus jutaan pekerja dari kota ke kampung halaman mereka. Kebanyakan dari mereka merupakan pekerja harian yang menerima upah rendah, yang sudah tidak bisa menghidupi jika masih tetap berada di kota, menurut pejabat Bank Dunia.

Kepala ekonom IMF, Gita Gopinath mengatakan krisis dan bencana sebelum pandemi corona telah memupuk solidaritas, tetapi kali ini mungkin ada hasil yang berbeda. "Jika krisis ini dikelola dengan buruk dan itu dianggap tidak cukup untuk membantu orang, Anda bisa berakhir dengan keresahan sosial," katanya kepada Reuters.

Untuk menghindari protes di masa depan, Gopinath mengatakan sangat penting bagi masyarakat internasional untuk memainkan peran pendukung bagi negara-negara miskin melalui pembiayaan lunak dan keringanan hutang.

Dalam mengurangi dampak ekonomi dari pandemi ini, sebelumnya pemerintah dikabarkan sudah menghabiskan hampir US$ 8 triliun. Namun ini saja tidak cukup, pemerintah akan memerlukan lebih banyak stimulus fiskal begitu krisis mereda, menurut IMF.

Laporan itu mengatakan pengeluaran pemerintah hingga saat ini termasuk biaya fiskal langsung US$ 3,3 triliun, pinjaman sektor publik dan suntikan ekuitas US$ 1,8 triliun, ditambah US$ 2,7 miliar pada jaminan, dan kewajiban kontinjensi lainnya sebesar US$ 2,7 triliun.

Jumlah ini meramalkan output yang lebih rendah. Pendapatan pemerintah kini juga diperkirakan 2,5% dari PDB global, lebih rendah dari yang diproyeksikan pada bulan Oktober lalu.

Lonjakan pengeluaran secara tajam memperluas defisit fiskal, dengan utang publik global naik 13 poin persentase menjadi lebih dari 96% dari produk domestik bruto pada tahun 2020, kata laporan tersebut.

IMF juga memperkirakan ekonomi global akan menyusut 3,0% selama tahun 2020 akibat pandemi ini, dan juga memperingatkan bahwa perkiraan tersebut ditandai oleh "ketidakpastian ekstrim" dan hasilnya bisa jauh lebih buruk.

Gaspar mengatakan sulit untuk memperkirakan berapa banyak lagi pengeluaran yang akan dibutuhkan, tetapi stimulus fiskal berbasis luas akan menjadi alat penting untuk mendorong pemulihan begitu wabah mereda.

(CNNIndonesia.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini