Duduk depan Panggung Seventeen, Begini Cerita Korban Selamat dari Tsunami

Redaksi Redaksi
Duduk depan Panggung Seventeen, Begini Cerita Korban Selamat dari Tsunami
(Foto: iNews)
Didik Fauzi, salah satu korban selamat dari bencana tsunami di Tanjung Lesung, Banten

BOYOLALI - Didik Fauzi menjadi salah satu korban selamat dari terjangan tsunami ganas yang melanda Selat Sunda di Pantai Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Banten pada Sabtu 22 Desember 2018 lalu.

Padahal, dia saat itu tepat berada di depan panggung grup band Seventeen bersama istri dan kedua anaknya. Ia tercatat menjadi peserta family gathering Perusahaan Listrik Negara (PLN). Ia tak pernah menyangka jika gelombang air bah sekonyong-konyong dengan begitu dahsyatnya menyapu ratusan manusia di sana.

"Air datang, yang saya pikir pertama, panggung roboh. Belum sempat berpikir lama, saya terlempar," kata Didik saat ditemui di rumahnya, Desa Kuwiran, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin (24/12/2018).

Didik hanyut terbawa arus sejauh kurang lebih 500 meter dari lokasi awal tempat duduknya. Ia mengaku masih ingat betul peristiwa tragis itu dalam setiap adegannya jika saja ada yang namanya proses rekonstruksi.

"Saya melewati hampir 30 pohon di pinggir jalan, saya ingat karena saya berusaha pegang batang pohon tersebut satu per satu, tapi selalu lepas. Sampai pohon yang terakhir, bisa saya genggam," katanya menuturkan.

Ia pun berpegangan pada batang pohon tersebut. Hingga akhirnya dirinya tersadar sudah ada di atas atap bangunan, seperti terdampar. Samar-samar, Didik mendengar suara anaknya yang besar berteriak, memanggilnya "Ayah...ayah,". Didik pun bergegas berenang ke arah sumber suara itu.

"Saya bawa anak saya berenang ke pinggir," timpal Didik.

Saat itu, hanya si sulung yang bersamanya. Ia kehilangan jejak sang istri dan anak bungsunya. Entah di mana kini keberadaan mereka. Saat air mulai surut, Didik kemudian mencari tahu keberadaan dan kondisi anggota keluarganya yang juga tersapu gelombang air bah.

Namun, kabar yang ia dapat justru jauh panggang dari api. Ya, istri tercintanya, Briliyan Parmawati dan si bungsu, Fahmi Dahlan dikabarkan meninggal dunia dalam keadaan syahid setelah hanyut tersapu tsunami. Didik pun hanya bisa pasrah hingga tak sadar air mata mengalir deras di pipinya.

Kedua korban baik istri maupun si bungsu, telah tiba di rumah duka di Boyolali tadi siang. Jasad Parmawati dan Fahmi terlebih dahulu dibawa ke Masjid Kuwiran untuk disalatkan. Keduanya kemudian dimakamkan di kawasan pemakaman Desa Sambi, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.

Didik berusaha tegar menerima kenyataan ini. Kendati selalu berusaha tersenyum kepada tamu maupun pentakziah yang datang ke rumah duka, tetap saja rona wajah Didik terlihat sangat terpukul menyimpan duka mendalam. Mata sembab masih terjlihat jelas di wajahnya.

Di sana, satu per satu sanak saudara dan kerabat dipeluknya, seolah ingin menunjukkan betapa terpukul hatinya. Dadanya pun mulai sesak terasa, ketika berdiri di depan dua peti mati berwarna cokelat untuk mengimami salat jenazah.

(okezone.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini