Dolar AS Sentuh Rekor Baru, Rupiah dan Kurs Asia Kian Merana

Redaksi Redaksi
Dolar AS Sentuh Rekor Baru, Rupiah dan Kurs Asia Kian Merana
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

JAKARTA - Kurs rupiah tak berdaya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan perdagangan Senin (29/8/2022). Keperkasaan indeks dolar AS menekan mata uang di Asia, termasuk Mata Uang Garuda.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terkoreksi pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,24% ke 14.850/US$. Sayangnya, rupiah kembali melanjutkan koreksinya hingga 0,46% ke Rp 14.883/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Indeks dolar AS yang mengukur laju si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya, kembali menguat hingga menyentuh rekor terbarunya sejak dua dekade di 109,4 pada sesi awal perdagangan hari ini.

Namun, pada pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS memangkas penguatannya dan berada di posisi 109,34.

Keperkasaan dolar AS di pasar spot ditopang oleh komentar yang agresif dari Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell pada Jumat (26/8) di Jackson Hole. Powell mengatakan bahwa The Fed masih akan terus menaikkan suku bunga sampai inflasi mendekati target 2%. Tidak hanya itu, Powell juga mengindikasikan risiko resesi yang akan dihadapi AS.

"Saat suku bunga tinggi, pertumbuhan ekonomi melambat, dan pasar tenaga kerja yang melemah maka akan membawa inflasi turun, itu juga akan memberikan beberapa kesakitan bagi rumah tangga dan dunia usaha. Itu adalah biaya yang harus kita tanggung guna menurunkan inflasi. Memang menyakitkan, tetapi kegagalan menurunkan inflasi berarti penderitaan yang lebih besar akan terjadi," kata Powell.

Ketika situasi ekonomi dunia kian memburuk, maka permintaan terhadap mata uang safe haven akan meningkat. Bahkan, analis memprediksikan laju dolar AS akan mengalami penguatan hingga pekan ini.

"Menurut saya untuk pekan ini, indeks dolar AS akan menuju level lebih tinggi hingga ke 110 karena pelaku pasar terus memperimbangkan siklus pengetatan yang lebih agresif dari The Fed," tutur Ahli Strategi Mata Uang dan Ekonomi Commonwealth Bank of Australia dikutip Reuters.

Mengacu pada alat ukur FedWatch, sebanyak 64,5% analis memprediksikan kenaikan suku bunga acuan Fed di September 2022 sebesar 75 basis poin (bps). Sementara sisanya, memproyeksikan kenaikan hanya 50 bps.

Keperkasaan si greenback turut menekan laju pergerakan semua mata uang di Asia. Yen Jepang menjadi pemimpin pelemahan mata uang di Asia, di mana terkoreksi tajam hingga 0,76% terhadap dolar AS.

Kemudian, disusul oleh baht Thailand yang terdepresiasi sebanyak 0,64% dan yuan China yang melemah 0,63% di hadapan dolar AS.

(sumber: CNBCIndonesia.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini