Trik Baru RI Tarik Investasi: Investor Bawa Uang, Izin Beres!

Redaksi Redaksi
Trik Baru RI Tarik Investasi: Investor Bawa Uang, Izin Beres!
Foto: Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia merilis capaian realisasi investasi kuartal I tahun 2021. (Tangkapan Layar Youtube BKPM)

JAKARTA - Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengajak investor untuk berinvestasi di Indonesia berbekal teknologi dan modal. Dengan dua modal itu, negara menjamin akan mengurus perizinan usaha dan lokasi industrinya.

"Dengan tagline yang baru, silakan investor bawa teknologi, capital dan sebagian modal. Nanti izin dan lokasi industri nanti biar negara yang ikut hadir urusnya, ini kerja sama yang baik pada pelaku usaha dan pemerintah," ujar Bahlil dalam Indonesia Investment Forum 2021 secara virtual, Kamis (27/5/2021).

Indonesian, kata Bahlil adalah salah satu negara dengan tujuan investasi terbaik. Pertama, karena pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan negara G20 lainnya.

Adapun selama tahun lalu perekonomian Indonesia minus 2,19 persen dan mulai mengalami pemulihan di kuartal I 2021 menjadi minus 0,74%.

"Pertumbuhan ekonomi tersebut lebih baik dibandingkan negara lain di Asia Tenggara, bahkan pertumbuhan GDP kita dibandingkan G20 lebih baik kita nomor dua setelah China," tuturnya.

Kepercayaan investor terhadap Indonesia sampai saat ini, kata Bahlil juga masih terjaga. Total investasi yang masuk ke Indonesia selama tahun lalu sebesar Rp 827 triliun

Sepanjang 2020, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 412,8 triliun, atau hanya turun 2,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 423,1 triliun. Sementara itu, ia menyatakan bahwa PMA di sejumlah negara turun tajam selama pandemi covid-19.

"FDI (Foreign Direct Investment) kita turun nya tidak terlalu besar, tidak lebih dari 10%. Kepercayaan dunia kepada Indonesia dalam melakukan investasi masih tetap terjaga," tuturnya.

Alasan lain yang membuat negara lain patut berinvestasi di Indonesia adalah, karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Mulai dari perikanan, pertambangan, kehutanan, memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan.

Indonesia juga melakukan reformasi regulasi dengan UU Cipta Kerja yang memberikan perbaikan bagi dunia usaha. Sehingga, lanjut Bahlil, pengusaha akan mendapatkan kepastian, kemudahan efisiensi dan transparan.

"Dulu kita harus akui Indonesia regulasinya enggak terpusat, persoalan perizinan sekarang di 18 K/L yang keluarkan izin melalui OSS yang dikelola Kementerian Investasi/BKPM," tuturnya.

Ia optimistis Indonesia masih akan menjadi salah satu negara tujuan investasi.

Selain itu, pemerintah juga mempersiapkan kawasan ekonomi untuk menampung investasi tersebut. Salah satunya adalah Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah yang sangat strategis lantaran dekat dengan sarana transportasi jal tol, pelabuhan, dan rel kereta.

"Saya jamin tanah di sini (Kawasan Industri Batang) lebih murah dan dan clear and clean, nanti pemerintah di bawah Kementerian Investasi akan bantu bapak ibu semua (investor)," jelasnya.

Kepercayaan Investor ke RI Terjaga

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengamini pernyataan Bahlil.

Luhut menjelaskan kepercayaan investor global pada Indonesia terlihat dari sejumlah lembaga pemeringkat rating surat utang yang mempertahankan peringkat utang Indonesia pada level layak investasi.

Mulai dari lembaga pemeringkat asal Jepang, Rating and Investment Information, Inc (R&I) dengan mempertahankan peringkat utang luar negeri (Sovereign Credit Rating) Indonesia pada BBB+ dengan outlook stabil pada 22 April 2021. Dengan peringkat itu, Indonesia dikategorikan investment grade atau layak investasi.

R&I sebelumnya telah menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB dengan outlook stabil menjadi BBB+ dengan outlook stabil (investment grade) pada 17 Maret 2020 lalu.

Selanjutnya, Fitch, lembaga pemeringkat internasional mempertahankan peringkat utang luar negeri Indonesia pada level BBB atau investment grade dengan outlook stabil per 19 Maret 2021. Peringkat ini tak berubah sejak 10 Agustus 2020.

Sementara itu, Standard and Poor's (S&P) mempertahankan peringkat utang luar negeri pada level BBB dengan outlook negatif pada 22 April 2021.

"Artinya, negara-negara luar masih melihat Indonesia sebagai negara yang kredibel untuk investasi. Kalau kita lihat Fitch, S&P, dan Moody's masih memberikan rating stabil padahal dia sudah downgrade banyak negara, misalnya Italia, Meksiko, Afrika Selatan," ujarnya.

(sumber: CNBCIndonesia.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini