Rekam Jejak Sejarah Migas Ikon Wisata Tepian Batang Mandau

Oleh: Rio Kurniawan
Redaksi Redaksi
Rekam Jejak Sejarah Migas Ikon Wisata Tepian Batang Mandau
Momen foto bersama saat mengunjungi desa wisata Tepian Batang Mandau, Rabu 8 Oktober 2025.

PROPINSI RIAU memiliki banyak sekali objek wisata yang patut dibanggakan, salah-satunya lokasi wisata Tepian Batang Mandau yang terletak di desa Balai Pungut kecamatan Pinggir kabupaten Bengkalis.

Setiap daerah memiliki keunikan baik dari segi keindahan maupun adat istiadat setempat. Namun dengan keunikan tersebut diharapkan tempat wisata mampu menarik para wisatawan untuk mengunjunginya.

Desa Balai Pungut, adalah sebuah desa kecil yang dihuni oleh hampir 800 kepala keluarga, dan memiliki luas lebih kurang 6 Km2, terletak di bagian selatan kecamatan Pinggir, kabupaten Bengkalis, Riau.

Desa Balai Pungut ini ternyata merupakan salah satu desa tertua suku asli di daerah tersebut, suku Melayu sakai, ini merupakan salah satu desa asal tempat suku Melayu yang pertama.

Balai Pungut pada zaman kerajaan Siak memegang peranan penting sebagai tempat dikumpulkan atau dipungutnya hasil-hasil bumi. Hasil bumi yang telah dikumpulkan itu kemudian disimpan di balai desa.

Balai desa tersebut terletak di tepian sungai Mandau, merupakan salah satu jalur perdagangan yang bisa dikatakan cukup sibuk pada masa kerajaan Siak Indrapura. Pada akhirnya desa ini dikenal dengan nama Balai Pungut.

Pada sekitar tahun 2018, setelah dermaga atau pelabuhan tidak digunakan lagi oleh perusahaan migas PT. Caltex Pacific Indonesia (CPI), pemerintah desa terutama tokoh serta masyarakat desa Balai Pungut mempunyai gagasan agar sungai tersebut menjadi salah satu ikon yang ada di desa.

Maka sejak itu dijadikanlah dermaga atau pelabuhan tersebut menjadi lokasi wisata yang diberi nama Wisata Tepian Batang Mandau yang bertujuan agar masyarakat luar serta masyarakat tempatan mengenal sejarahnya.

Selain itu, objek wisata ini diharapkan juga mampu meningkatkan pembangunan dan ekonomi masyarakat desa Balai Pungut.

“Sejarah tentang desa Balai Pungut ini haruslah dikenang atau tidak terlupakan oleh generasi yang akan datang, sebab objek wisata Tepian Batang Mandau kita berwisata sambil mengenang sejarah masa lampau," kata Majrun, tokoh sekaligus ketua BUMDes kepada awak media kabarmelayu.com pekan lalu.

Menurut Majrun, guna meningkatkan jumlah pengunjung tentunya BUMDes Tuah Melayu mempunyai strategi dalam mengembangkan objek wisata ini, diantaranya mengadakan event pacu sampan setiap tahunnya, mengadakan lomba memancing, mengadakan festival adat dan sebagainya.

"Utamanya adalah memperbaiki infrastruktur desa untuk menunjang aksebilitas seperti perbaikan jalan yang bertujuan mempermudah masyarakat berkunjung di objek wisata Tepian Batang Mandau," kata Majrun.

Adanya partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata dapat menciptakan iklim pariwisata yang berkelanjutan, tidak hanya pengembangan wisata untuk perekonomian tapi juga melestarikan apa yang sudah ada sebelumnya.

“Yang menjadi kekuatan dari wisata Tepian Batang Mandau ini adalah dari segi event tahunan yang dilaksanakan di Tepian Batang Mandau," ujar Aisyah, pejabat sementara kepala Desa Balai Pungut.

Wisata Tepian Batang Mandau menikmati bantaran sungai dengan menaiki sampan sebagai sarana untuk pengunjung yang ingin melihat pesona alam di sekeliling bantaran sungai.

Monumen di Tepi Sungai Mandau Simbol Sejarah

Tugu sejarah perminyakan di Balai Pungut, tahun 1932 perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) pertama kalinya menginjakkan kaki di desa Balai Pungut dan memulai kegiatan pencarian minyak bumi.

Di penghujung jalan Pelabuhan di tepi sungai Mandau kita bisa melihat berdiri sangat kokohnya sebuah tugu sejarah perminyakan di Balai Pungut.

Masih banyak masyarakat Riau yang belum mengetahui bahwa pertama kali Desa Balai Pungut, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, di atas tanah yang dahulu dipakai sebagai dermaga atau pelabuhan bongkar-muat barang perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM).

Momen ini menunjukkan bahwa pada tahun 1932 Perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) pertama kalinya menginjakkan kaki di Desa Balai Pungut dan memulai kegiatan pencarian minyak bumi.

“Penjelasan tentang Tugu Nasi Kunyit Panggar Telur Nasi kunyit panggar telur berbentuk bulat dan terletak diatas tempat yang terbuat dari tembaga berkaki satu yang disebut “PAHA”.

Kemudian PAHA tersebut dibalut dengan kertas berwarna kuning yang diukir sepeti daun bunga dan disebut “SIMBA”. Di mana pada bagian dalam atau kerangka dari Nasi kunyit pagar telur tersebut terbuat dari bambu yang berfungsi sebagai tempat atau penyangga nasi kunyit yang disebut “SANGGANG NASI”.

Kemudian pada bagian dari sanggang nasi ke arah luar mempunyai garis tengah yang berbeda sehingga membentuk tingkatan-tingkatan dan bagian ini disebut “KOPUK NASI”.

"Di atas kopuk nasi inilah dicetak nasi kunyit sehingga membentuk tingkatan tiga, lima atau tujuh tingkat sesuai dengan tingkat/jabatannya di tengah masyarakat melayu Mandau,” ujar Majrun.

Untuk memperingati dan mengenang peristiwa yang bersejarah tersebut maka beberapa tokoh masyarakat di sana berdiskusi dengan pihak PT. Chevron Pacific Indonesia melalui PGPA Dept tentang usulan dari masyarakat desa Balai Pungut untuk membangun sebuah tugu sebagai simbol sejarah awal mula PT. Chevron Pasific Indonesai melakukan kegiatan pencarian minyak di wilayah tanah adat Mandau guna sebagai kenang-kenangan sejarah untuk anak cucu khususnya Desa Balai Pungut.

"Sebagai tonggak sejarah keberadaan PT. Chevron Pacific Indonesia di wilayah tanah adat Mandau.Dengan adanya tugu ini maka masyarakat Indonesia akan tahu tentang sejarah keberadaan PT. Chevron Pasific Indonesai dan diharapkan kedepannya dapat dijadikan sebagai tempat wisata khususnya untuk masyarakat Riau,” ujar Majrun lagi,

Tepat pada hari Senin 9 Agustus 2021 pukul 00.01 WIB, Pertamina lewat Pertamina Hulu Rokan (PHR) secara resmi mengambil alih pengelolaan Wilayah Kerja Rokan dari Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang telah 97 tahun mencari minyak di bumi Lancang Kuning.

Blok Rokan yang ditemukan pada tahun 1941 dan diproduksikan pada tahun 1951, akan memasuki babak baru dengan dikelola oleh bangsa sendiri.

Melalui Pertamina Hulu Rokan (PHR) destinasi wisata Tepian Batang Mandau mulai begerak, masyarakat Balai Pungut mulai antusias menyambut hangat bantuan yang diberikan oleh pihak Pertamina Hulu Rokan (PHR), apalagi bantuan yang diberikan sudah nyata adanya.

R Muhammad Wildan, Sr Officer CID PHR menuturkan pada tahun ini PHR telah menyerahkan bantuan 3 unit sampan kepada pemerintah desa.

Selain berkomitmen membenahi sarana dan prasarana yang ada, ke depannya pihaknya juga akan mengadakan program pelatihan pada masyarakat tempatan.

“Kami akan mengadakan penelitian di universitas di Jogjakarta bagaimana cara membangun desa wisata yang nantinya akan mengangkat perekonomian warga tempatan melalui UMKM,” kata Wildan.

Yang terpenting lanjut Wildan, koloborasi antara pihak Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan masyarakat harus sejalan.

Seiring waktu wisata Tepian Batang Mandau ini akan menjadi wisata yang bisa diunggulkan, "Apalagi mengingat sejarah masa lampau, pihak Pertamina Hulu Rokan akan terus memberikan dukungan demi memajukan wisata Tepian Batang Mandau," imbuhnya.

Pertamina Hulu Rokan (PHR) berkolaborasi dengan masyarakat Balai Pungut dalam upaya menjadikan desa Balai Pungut, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, sebagai desa wisata mandiri dan berkelanjutan.

"Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dalam pengelolaan pariwisata melalui pelatihan dan pendampingan bagi masyarakat setempat," tukas Wildan, Sr Officer CID PHR.


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini