JAKARTA - Simpang siur di balik kabar kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang berubah-ubah dalam waktu satu jam terjawab sudah. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno diketahui menjadi penyebab utama batalnya kenaikan harga bbm Premium.
Semula, pada pukul 16.30 WIB, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengumumkan soal rencana kenaikan harga bbm Premium dari Rp 6.550 per liter jadi Rp 7.000 per liter. Kenaikan harga berlangsung efektif pada pukul 18.00 WIB di seluruh SPBU seluruh Indonesia.
Dilalah, satu jam sesudah konferensi tersebar pesan tertulis bahwa kenaikan harga bbm premium ditunda. "Sesuai arahan bapak Presiden rencana kenaikan harga premium di Jamali menjadi Rp 7.000 dan di luar Jamali menjadi Rp 6.900, secepatnya pukul 18.00 hari ini, agar ditunda dan dibahas ulang sambil menunggu kesiapan PT Pertamina," ujar Menteri ESDM Ignasius Jonan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (10/10/2018).
Lalu, Kementerian BUMN juga mengundang pewarta untuk berkumpul di Indonesia Paviliun di Bali, pada pukul 18.30 WITA. Tapi yang hadir justru Deputi Bidang Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno dan Staf Khusus Menteri BUMN Wianda Puspanegara.
Dari konferensi pers tersebut, Fajar mengaku baru tahu soal rencana kenaikan harga BBM setelah ada pengumuman Menteri Jonan. "Jadi kita baru tahu tadi setelah Jonan sampaikan bahwa akan naik, dan kami tanyakan ke Bu Menteri bisa dilaksanakan apa tidak karena Pertamina baru naikkan Pertamax," kata Fajar.
Pertamina memang baru naikkan harga Pertamax Cs tadi pagi, pada pukul 11.00 WIB.
Dari sini, kata Fajar, Menteri Rini kemudian meminta mempertimbangkan syarat kenaikan harga BBM sesuai dengan peraturan presiden. "Kondisi keuangan negara, daya beli masyarakat, dan kondisi riil ekonomi," jelasnya.
Untuk pengumuman, kata dia, biasanya ada rapat koordinasi dipimpin oleh Menteri Koordinator Perekonomian supaya nanti bagaimana ke depannya. "Nanti kami rakor, Pak Jonan barusan bilang kenaikan ditunda hari ini dan besok."
Wianda kemudian menambahkan bahwa keputusan menunda ini memang datang dari Kementerian BUMN. "Kami dari BUMN menunda karena Pertamina tidak siap," katanya.
Benarkah Pertamina tidak siap?
Saat kabar kenaikan BBM muncul, Jonan juga bercerita di konpers bahwa dia seharian bersama dengan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dan tidak ada hambatan. "Tadi saya seharian ngobrol dengan ibu Dirut tidak ada keluhan," kata Jonan.
Pertamina, saat dikonfirmasi oleh CNBC Indonesia pun mengaku siap jalankan tugas. Bahkan merasa bersyukur dengan kenaikan harga BBM Premium.
VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Adiatma Sardjito mengatakan, Pertamina menyambut baik apabila pemerintah menetapkan kenaikan harga jual BBM Premium tersebut. Pasalnya, secara otomatis tentu akan mengurangi beban dari perusahaan migas pelat merah tersebut. "Alhamdullilah, bisa kurangi beban Pertamina," ujarnya kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Rabu (10/10/2018).
(cnbcindonesia.com)