SELATPANJANG, riaueditor.com- Abrasi yang terjadi di Pulau Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini kian mengganas dan mengkhawatirkan. Kondisi akibat abrasi terparah terjadi di Tanjung Montong dan Teluk Anak Setatah. Di dua titik ini abrasi telah menggerus habis daratan dan nyaris memisahkan dua desa, yakni desa Anak Setatah dan Desa Batar.
Dulunya dua desa ini tergabung dalam satu hamparan. Namun akibat abrasi, kedua desa ini nyaris terpisahkan. Abrasi nyaris memutus Pulau Rangsang di titik rawan abrasi, yakni antara Teluk Anak Setatah dan Bantar yang kini tinggal 1,5 kilometer.
"Letih, sampai hari ini tak ada upaya dari pemerintah pusat untuk menyikapi abrasi yang terus menerus menerjang pantai desa kami. Tak hanya kebun warga, rumah, mesjid dan kuburan pun sudah ikut terjun ke laut. Hilang sudah halaman tempat anak-anak kami bermain," tutur Atan (49) mengawali pembicaraannya dengan Wartawan, Senin (7/7) di desa Anak Setatah.
Atan menuturkan, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, luas daratan Desa Teluk Anak Setatah terus menyusut. Abrasi yang menghantam bibir pantai tak pernah berhenti. Terutama pada tiga bulan di akhr tahun.
Tiupan angin yang kencang dan derasnya deburan ombak pada musim utara, menyebabkan bibir tebing pantai tak kuat menahan ombak dan bergetar. Bongkahan besar tanah akan terburai dan hanyut terjun ke laut.
"Kalau soal berapa luas daratan desa kami yang sudah terjun ke laut, sulit untuk kami paparkan. Yang jelas daratan desa ini dulunya jauh ke arah laut sana," ungkap Atan sambil menunjuk satu titik bekas tunggul batang kelapa ke arah laut lepas.
Kepala Desa Anak Setatah, Zulhadi, mengakui abrasi yang menghantam pantai desanya ini sulit untuk dibendung. Upaya pencegahan dengan penanaman bakau juga tak mampu menahan laju ombak. Bahkan, ribuan bibit bakau yang ditanam tak bisa berbuat banyak.
"Kalau tak ada upaya pembangunan batu bronjong pemecah ombak, abrasi tetap akan menghantam pantai ini. Jujur, kita sudah berupaya untuk menanami kembali kawasan pantai ini dengan bibit bakau, tapi terus hanyut diterjang ombak. Apalagi yang bisa kami lakukan," kata Zulhadi.
Abrasi yang menghantam bagian barat Pulau Rangsang ini diperkirakan sudah meruntuhkan ratusan jutaan kubik tanah di kawasan bibir pantai yang terjun ke laut. Hempasan ombak selat Malaka yang terjadi sepanjang tahun dan menipisnya kawasan Sabuk Hijau di bagian barat menyebabkan terjangan ombak laut tak mampu dibendung.
Kawasan Bantaran Tebing di bagian ini dari waktu ke waktu terus tergerus dan akhirnya runtuh membentuk cekungan teluk seperti kepala burung. Kalau pun ada upaya penanaman kayu bakau yang dilakukan kelompok masyarakat, sepertinya tak akan mampu lagi membendung laju hempasan abrasi.
Ribuan batang bakau yang dulu ditanam masyarakat kini telah hanyut ditelan hempasan ombak. Kawasan bibir tebing di bagian barat antara Desa Bantar dan Anak Setatah pun nyaris putus, hanya tersisa 1,5 kilo meter lagi.
"Kalau tak segera ditangani dengan serius, kita hawatir pulau ini akan terbelah. Yang paling parah itu di bagian barat. Di bagian inilah Pulau Rangsang nyaris putus, hanya menyisakan daratan 1,5 kilometer lagi," beber Siti Umairah, aktivis perempuan asal Rangsang Barat.(B2)