Ekonomi China Melambat, BI Pangkas Pertumbuhan Ekonomi RI

Redaksi Redaksi
Ekonomi China Melambat, BI Pangkas Pertumbuhan Ekonomi RI
ilustrasi reuters
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengoreksi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semula berada pada range 5,5-5,9 persen menjadi 5,1-5,5 persen. Hal ini disebabkan karena indikasi awal yang diperoleh melalui realisasi Pedapatan Domestik Bruto (PDB) kuartal I tahun ini yang mencapai 5,21 persen.

Deputi Gubernur Senior Ferry Wardjiyo mengungkapkan, perubahan proyeksi pertumbuhan tersebut didorong oleh 3 faktor penentu yang sangat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.

"Karena tiga hal, pertama melambatnya pertumbuhan ekonomi China, kedua karena turunnya harga dan tingkat permintaan komoditas serta adanya kebijakan pelarangan ekspor bahan mineral mentah yang menyebabkan kontraksi pada kinerja ekspor riil," tutur Ferry dalam konfrensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (8/5/2014).

Selain itu, lebih lanjut Ferry menjelaskan, BI juga memprediksi perolehan besaran defisit pada neraca transaksi berjalan pada kuartal I - 2014 berada pada level 2,06 persen dari PDB. "Angka ini menurun dari besaran defisit pada kuartal IV - 2013 yang mencapai 2,12 persen dari PDB," ucapnya.

BI juga menilai besaran inflasi yang dicapai hingga saat ini masih berada dalam tren menurus, sehingga semakin mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,5 plus minus 1 persen dan juga menopang tetap terkendalinya penyesuaian ekonomi.

"Penurunan inflasi ditopang dengan menurunnya tekanan dari inflasi volatile food dan inflasi inti. Penurutnan tersebut tercatat berlanjut hingga bulan April 2014," tukasnya.

Sementara itu, Gubernur BI Agus Martowardojo menyatakan, penurunan pertumbuhan ekonomi kuartal I ini lebih disebabkan karena kontraksi pada sisi ekpor riil yang didorong oleh penurunan ekpor pertambangan, batubara dan konsentrat mineral akibat turunnya tingkat permintaan dan harga komunitas.

"Pertumbuhan ekonomi kuartal I ini menurutnya karena kontraksi ekspor. Ini memang jauh lebih rendah dari perkiraan BI di awal. Ini juga didorong oleh lambatnya konsumsi pemerintah walaupun memang konsumsi rumah tangga dan investasi bertumbuh cukup baik," pungkasnya. (rzy/okezone)

Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini