JAKARTA - Rocky Gerung sempat memplesetkan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menjadi badan pengawas jari atau 'bawasri'.
"Yang terjadi Bawaslu sibuk mengawasi jari, sehingga jadinya Bawasri, badan pengawas jari," ujar Rocky di acara Aliansi Pengusaha Nasional, yang digelar di Djakarta Theater, Kamis, (21/03/2019).
Menurut Rocky, saat ini banyak dukungan yang diekspresikan dengan kalimat sentimentil dan anehnya kata dia, tidak ditegur Bawaslu. Rocky mencontohkan salah satu isi spanduk 'Kami Rakyat Jokowi'.
"Saya seminggu lalu muter-muter Jawa Timur, Tuban, Lamongan, Jember, dan itu sepanjang kawasan-kawasan strategis Jatim ada baliho gede-gede, tulisannya 'Kami rakyat Jokowi' dan Bawaslu nggak negur yang pasang spanduk itu," kata Rocky.
"Sebenarnya itu spanduk yang berbahaya dan nggak masuk akal karena rakyat itu lebih panjang usianya daripada usia Presiden Jokowi. Rakyat itu abadi, rakyat itu tidak mungkin berubah. Presiden diganti setiap lima tahun, rakyat nggak diganti. Jadi kalau disebut 'Kami rakyat Jokowi' berarti 17 April nanti mereka tidak lagi jadi rakyat. Kan logikanya begitu. 'Kami rakyat Jokowi', yang lain tuyul apa," sambungnya.
Rocky mengatakan, seharusnya hal semacam ini dapat ditegur oleh Bawaslu, karena berpotensi memenculkan perpecahan di masyarakat.
"Kalau mengatakan 'kami fanatik kepada Jokowi', oke, 'kami pendukung Jokowi', oke, 'Kami cebong', nggak soal. Tapi ini memakai kata rakyat, itu artinya memecah belah dan Bawaslu mestinya menegur spanduk nggak masuk akal itu, bukan mengawasi jari orang, karena tugas Bawaslu adalah memeriksa mana kampanye yang berargumen dan hanya sentimen. Bawaslu mestinya tegur mereka yang memasang spanduk yang berbasis sentimen. 'Kami rakyat Jokowi' itu sentimen, bukan argumen," kata Rocky.
Pada kesempatan yang sama, politikus Partai Golkar Erwin Aksa mendapat giliran berbicara terlebih dulu, membahas terkait keinginan adanya 'navigator' baru. Hal ini lantaran, menurutnya, pendapatan di pasar hingga mal menurun.
Baca Juga: Sebut Prabowo Murahan, Gerindra Minta Ngabalin Dipecat
Erwin menyinggung usaha teman-temannya. Menurutnya, rekan-rekan bisnisnya menceritakan hal yang hampir mirip terkait usaha masing-masing.
"Tidak ada satu pun teman-teman yang saya tanyakan usahanya baik, tidak ada satu pun teman-teman yang saya tanyakan usahanya tumbuh, tidak ada satu pun teman-teman yang saya tanyakan mereka bisa menjual, pasar-pasar di Tanah Abang menurun jualannya," kata Erwin.
"Pasar-pasar di mana-mana kita lihat menurun penjualannya. Mal-mal pada sepi, toko-toko pada tutup. Itu yang kita rasakan 4,5 tahun terakhir ini," imbuh dia.
Erwin mengatakan, bangsa Indonesia sudah kehilangan arah. Itulah sebabnya, dirinya mendukung Prabowo-Sandi di Pilpres 2019.
"Kita tidak merasakan kehadiran atau navigator bangsa ini yang bisa membawa direksi atau direction atau menavigasi kita, kita harus bagaimana? Tidak ada navigasi dari bangsa ini. Oleh karena itu, kita butuh navigator baru, kita butuh pemimpin yang tentunya mampu menavigasi bangsa ini 5 tahun ke depan," beber Erwin.
"Karena itu, kami menaruh harapan besar kepada Bapak Prabowo Subianto dan Bang Sandiaga Uno untuk bisa memimpin bangsa ini dan bisa menavigasi bangsa ini agar kita semua memiliki keadilan-kemakmuran dan tentunya juga usaha kita bisa kembali pulih dan bisa tumbuh dan bisa berkembang," jelas dia.
(jarrak.id)