Gegara La Nina, BMKG Beberkan Fakta Terbaru Musim Hujan di RI

Redaksi Redaksi
Gegara La Nina, BMKG Beberkan Fakta Terbaru Musim Hujan di RI
Foto: Wisatawan yang membawa payung menjelajahi Danau Barat di tengah hujan yang dibawa oleh Topan Bebinca selama liburan Festival Pertengahan Musim Gugur, di Hangzhou di provinsi Zhejiang, China timur, Senin, 16 September 2024. (AP/)

JAKARTA - Indonesia akan mengalami musim hujan yang bervariasi di tiap wilayah pada tahun ini. Potensi cuaca itu berdasarkan Prediksi Musim Hujan di Indonesia Tahun 2024/2025 yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Awal musim hujan di Indonesia bervariasi. Dimulai dari wilayah barat Sumatra yang memasuki musim hujan lebih awal pada Agustus 2024, kemudian secara bertahap menyebar ke wilayah timur hingga Desember 2024," tulis BMKG dalam booklet Prediksi Musim Hujan 2024/2025, dikutip Minggu (6/10/2024)

Pada umumnya, BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami musim hujan pada periode Oktober hingga November 2024. Namun, karena adanya potensi fenomena La Nina pada akhir 2024, variasi hujan akan terjadi.

La Nina cenderung menyebabkan kondisi yang lebih basah di Indonesia, namun dampaknya dapat bervariasi di setiap wilayah. Fenomena La Nina berpotensi muncul akibat timbulnya suhu El Nino-Southern Oscillation (ENSO).

Mengutip situs resmi BMKG, ENSO adalah anomali pada suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya. Iklim di Samudra Pasifik terbagi ke dalam 3 fase, yaitu El Nino, La Nina, dan Netral.

Pada fase Netral, angin pasat berhembus dari timur ke arah barat melintasi Samudra Pasifik menghasilkan arus laut yang juga mengarah ke barat dan disebut dengan Sirkulasi Walker. Suhu muka laut di barat Pasifik akan selalu lebih hangat dari bagian timur Pasifik.

Sementara saat fase El Nino, angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat melemah atau bahkan berbalik arah. Pelemahan ini dikaitkan dengan meluasnya suhu muka laut yang hangat di timur dan tengah Pasifik. Air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan, awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia. Hal ini berarti Indonesia mengalami peningkatan risiko kekeringan.

Ketika terjadi fase La Nina, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya. Menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat, maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin. Bagi Indonesia, hal ini berarti risiko banjir yang lebih tinggi, suhu udara yang lebih rendah di siang hari, dan lebih banyak badai tropis.

Akibat kondisi itu, BMKG memperkirakan dibandingkan dengan rata-ratanya, musim hujan 2024/2025 akan datang lebih awal dari kebiasaanya. Selain itu, kondisi akumulasi curah hujan (Sifat Musim) pada musim hujan 2024/2025 diprediksi akan berada pada kategori Normal. Menunjukan tidak ada kondisi yang terlalu basah maupun terlalu kering.

Puncak musim hujan, menurut BMKG, juga akan bervariasi atau tidak serentak terjadi. Puncak musim hujan akan banyak terjadi pada bulan November hingga Desember 2024 di wilayah Indonesia bagian barat. Dan bulan Januari hingga Februari 2025 untuk wilayah Indonesia timur.

"Puncak musim tersebut akan sama hingga maju (lebih awal) jika dibandingkan dengan kondisi biasanya," menurut catatan prediksi BMKG.

Menurut BMKG, durasi musim hujan di berbagai wilayah akan bervariasi. Mulai dari 6 dasarian atau 2 bulan hingga 33 dasarian atau selama 11 bulan.

"Jika dibandingkan dengan rata-rata, durasi musim hujan 2024/2025 di sebagian besar

wilayah Indonesia diprediksi akan lebih panjang daripada biasanya," tulis BMKG mengingatkan.

Kondisi biasanya atau kondisi normal dalam hal ini adalah kondisi rata-rata yang terjadi selama 30 tahun.

BMKG Ingatkan Ancaman Bencana

Mengacu analisis dan prediksi musim hujan tahun 2024/2025, BMKG pun mengeluarkan peringatan dan imbauan. Mengingat adanya ancaman bencana yang berpotensi melanda wilayah-wilayah di Indonesia.

BMKG mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap potensi terjadinya bencana hidrometeorologi selama periode musim hujan.

"Terutama di wilayah yang mengalami Sifat Musim Hujan Atas Normal (lebih basah dibanding biasanya). Wilayah tersebut berpotensi mengalami peningkatan risiko bencana banjir dan tanah longsor," tulis BMKG.

BMKG meminta Pemerintah Daerah lebih optimal mengedukasi masyarakat tentang cara menghadapi risiko bencana yang berpotensi terjadi selama periode musim hujan, serta pentingnya memperhatikan peringatan dini.

Pemerintah daerah dan sektor terkait juga diharapkan dapat menjadikan informasi Prediksi Musim Hujan 2024/2025 sebagai acuan untuk menyusun rencana Aksi Dini (Early Action) untuk menekan kerugian yang dapat ditimbulkan akibat bencana hidrometeorologi.

"BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan guna mencegah penyebaran penyakit yang rawan terjadi pada periode musim hujan, seperti demam berdarah," tegas BMKG.(sumber)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini