Kasus COVID-19 di China Melonjak, Picu Kekhawatiran Global

Redaksi Redaksi
Kasus COVID-19 di China Melonjak, Picu Kekhawatiran Global
Seorang pria yang sedang melakukan disinfeksi melewati mal sepi di Beijing, China, Kamis (15/12/2022). Seminggu setelah China melonggarkan beberapa tindakan pengendalian COVID-19 yang paling ketat di dunia, ketidakpastian masih ada mengenai arah pandemi d

BEIJING - China baru-baru ini telah memutuskan beralih dari lockdown dan pengujian massal, setelah protes terhadap kebijakan nol-COVID yang ketat, meluas di negara itu. Beberapa pemerintah daerah bahkan telah mendorong warga dengan infeksi Virus Corona ringan untuk pergi bekerja.

Kasus COVID-19 bertambah. Komisi Kesehatan Nasional China pada Selasa 20 Desember 2022 melaporkan sebanyak 2.722 kasus baru. Sehari sebelumnya dilaporkan pula sebanyak 1.995 kasus. Meski begitu, angka kematian hanya menunjukkan sedikit peningkatan, bertambah lima sehingga total kematian akibat COVID-19 yang dilaporkan di China menjadi 5.242.

Angka-angka itu memang relatif rendah menurut standar global, tapi angka sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi.

Otoritas China hanya menghitung mereka yang meninggal secara langsung akibat SARS-CoV-2, tidak menghitung kematian yang disebabkan oleh kondisi mendasar yang meningkatkan risiko penyakit serius.

Selain itu, laporan tidak resmi dari keluarga korban dan orang-orang yang bekerja di bisnis pemakaman juga menunjukkan adanya gelombang luas kematian akibat Virus Corona baru, dengan laporan bahwa krematorium di seluruh negeri sudah mencapai kapasitasnya.

Beberapa ahli memperkirakan sekitar 60% dari 1,4 miliar populasi China – sekitar 10% populasi global – dapat terinfeksi COVID-19 dalam beberapa bulan mendatang, terutama ketika liburan Tahun Baru Imlek di mana banyak orang bepergian.

Sebagian besar populasi China juga tidak divaksinasi COVID-19. Ada sekitar delapan juta warga China yang tidak divaksinasi berusia lebih dari 80 tahun dan lebih dari 160 juta lainnya menderita diabetes.

Perluasan Kapasitas Tempat Tidur di Rumah Sakit dan Perawatan

Di tengah kekhawatiran akan infeksi virus yang merajalela, kota-kota di China pada Selasa 20 Desember 2022 melanjutkan rencana untuk memperluas kapasitas tempat tidur di rumah sakit dan membangun klinik-klinik baru.

Kota-kota termasuk Beijing, Shanghai, Chengdu, dan Wenzhou bahkan telah melaporkan penambahan ratusan klinik pemeriksaan demam dalam seminggu terakhir, yang beberapa di antaranya diubah dari fasilitas olahraga.

AS Suarakan Kekhawatiran

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pada Senin 19 Desember bahwa setiap kali virus menyebar, ia berpotensi bermutasi dan dapat "menimbulkan ancaman bagi orang di mana pun.”

"Kita telah melihat banyak permutasi yang berbeda dari virus ini dan tentu ini menjadi alasan lain mengapa kita fokus membantu negara-negara di dunia untuk mengatasi COVID,” katanya.

Price juga mencatat bahwa ada dampak ekonomi dari penyebaran COVID-19 yang merajalela tidak hanya untuk China, tapi untuk dunia yang lebih luas.

"Kenaikan infeksi virus ini menjadi perhatian seluruh dunia mengingat ukuran PDB China, mengingat ukuran ekonomi China,” kata Price dalam pengarahan harian di Departemen Luar Negeri.

Investor memang menyambut baik peralihan China dari kebijakan nol-COVID sebagai kabar baik bagi ekonomi dunia dalam jangka panjang. Namun, ada lebih banyak kekhawatiran akan dampak jangka pendek dari lonjakan kasus itu terhadap perdagangan dan industri.

(Liputan6.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini