JAKARTA - Kelompok Houthi di Yaman membuka front terbuka dengan Israel, menjanjikan perang panjang dan serangan ke objek vital di Israel. Pernyataan ini membuat Israel kini harus menghadapi perlawanan dari setidaknya lima front sekaligus.
Eskalasi dengan kelompok Houthi meningkat sejak serangan drone ke Tel Aviv dilancarkan kelompok itu pada Jumat pekan lalu. Serangan itu menembus pertahanan udara canggih Israel dan menimbulkan ledakan di bangunan dekat kompleks cabang Kedubes Amerika Serikat di Tel Aviv, menewaskan seorang.
Israel membalas dengan serbuan udara pada Sabtu kemarin, menimbulkan kebakaran hebat di Pelabuhan Hodeidah di barat Yaman. Serangan itu berdampak pada 83 orang, sebagian dikabarkan meninggal. Saluran Almasirah yang berafiliasi dengan Houthi mengutip sumber resmi yang mengatakan bahwa serangan tersebut menargetkan pembangkit listrik dan tangki bahan bakar listrik.
Kelompok Houthi menegaskan tak segan-segan menyerang “sasaran vital” di Israel, beberapa jam setelah serangan udara Israel di Hodeidah. Juru bicara militer Houthi Yahya Saree mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan televisi bahwa mereka sedang mempersiapkan pertempuran panjang, memperingatkan Israel bahwa Tel Aviv tidak lagi aman.
Terkait ancaman itu, Israel telah meningkatkan tingkat kewaspadaannya di wilayah-wilayah strategis untuk mengantisipasi respons Houthi. Channel 14 melaporkan bahwa pertemuan darurat diadakan dengan partisipasi Menteri Transportasi Miri Regev, karena khawatir Houthi akan menyerang fasilitas strategis dan vital. Saluran tersebut menambahkan bahwa beberapa lembaga, termasuk mereka yang bertanggung jawab atas kereta api, pelabuhan dan bandara, telah diarahkan untuk “mempersiapkan semua skenario.”
Pada saat yang sama, surat kabar Israel Hayom mengatakan bahwa Angkatan Laut Israel menaikkan tingkat kewaspadaan di Eilat yang menghadap ke Laut Merah menyusul serangan Israel yang menargetkan kota Hodeidah. Surat kabar yang sama mengutip seorang pejabat politik Israel yang mengatakan bahwa konfrontasi dengan kelompok Houthi akan berlangsung lama. Sebaliknya, surat kabar Yedioth Ahronoth mengutip para pejabat Israel yang mengatakan bahwa mereka menunggu tanggapan dari kelompok Houthi, dan bahwa Israel pada saat yang sama bersiap untuk menyerang dengan serangan yang "jauh lebih besar".
Front utara
Dari utara, Kelompok Hizbullah dari Lebanon untuk pertama kalinya meluncurkan serangan roket ke kibbutz (kota kecil/kolektif) di Israel utara, Sabtu (20/7/2024). Serangan tersebut merupakan balasan karena Israel melancarkan serangan drone sehari sebelumnya yang menyebabkan beberapa warga terluka.
Hizbullah meluncurkan puluhan roket Katyusha di kibbutz Israel utara di Dafna. Militer Israel mengungkapkan, sekitar 45 proyektil terdeteksi melintas dari Lebanon ke Israel utara dalam tiga serangan terpisah.
Militer Israel mengatakan, mereka berhasil mencegat sejumlah proyektil yang memasuki negaranya. Namun beberapa proyektil lainnya berhasil mendarat dan jatuh di area terbuka. Israel menyebut serangan Hizbullah tak menyebabkan jatuhnya korban jiwa maupun luka. Hantaman proyektil memicu beberapa kebakaran di Dataran Tinggi Golan.
Sebelumnya, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, telah mengancam akan menyerang permukiman-permukiman baru di Israel jika Tel Aviv terus membunuh warga sipil di Lebanon. Dia mengatakan kematian warga sipil di negaranya melonjak dalam beberapa hari terakhir akibat serangan Israel. "Terus menyasar warga sipil akan mendorong perlawanan (Hizbullah) untuk meluncurkan rudal ke permukiman (Israel) yang sebelumnya tidak menjadi sasaran," ujar Nasrallah dalam pidatonya pada Rabu (17/7/2024).
Sementara Hizbullah terus menyerang posisi militer Israel di Israel utara, Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas melakukan beberapa operasi besar di Gaza pada akhir pekan lalu. Dalam salah satu operasinya, mereka meledakkan sebuah terowongan setelah memancing sejumlah tentara Israel ke dalamnya, “mengakibatkan mereka tewas dan terluka”. Operasi terowongan tersebut dilakukan di Tal Al-Sultan, yang telah menjadi platform utama serangan Israel dan perlawanan Palestina di sebelah barat kota Rafah, di selatan Jalur Gaza.
Dilansir Palestine Chronicle, dalam operasi kompleks di sekitar Masjid Haroun, selatan George Street, timur Rafah, pejuang al-Qassam menargetkan tank Zionis Merkava dengan rudal Al-Yassin 105. Segera setelah pasukan penyelamat maju ke tempat itu, kendaraan lain dan sekelompok tentara menjadi sasaran peluru Al-Yassin 105 dan alat peledak Ra'adiya, menyebabkan mereka semua tewas atau terluka.
Operasi gabungan telah menjadi taktik baru yang memungkinkan kelompok-kelompok Palestina menggabungkan kemampuan militer mereka di berbagai wilayah Gaza, sehingga memungkinkan perlawanan terus berlanjut. Dalam operasi gabungan pada Sabtu, Brigade al-Qassam bekerja sama dengan Brigade Martir Abu Ali Mustafa dari kelompok sosialis Front Populer Perlawanan Palestina (PFLP). Al-Qassam juga bekerja dengan Brigade al-Quds, cabang militer Jihad Islam dalam dua operasi terpisah di wilayah Rafah.
Tepi Barat
Anadolu Agency melaporkan, bentrokan terjadi antara warga dan pejuang Palestina melawan pasukan Israel pada Jumat di berbagai lokasi di Tepi Barat yang diduduki. Konfrontasi tersebut terjadi di kota Betlehem, kota Beit Dajan dan Beita di selatan Nablus, dan Kafr Qaddum di timur Qalqilya, Anadolu melaporkan.
Pasukan Israel memasuki beberapa lingkungan dan menempatkan diri di jalan-jalan utama Bethlehem, kata para saksi mata kepada Anadolu. Para saksi menambahkan bahwa pasukan Israel menggunakan granat gas air mata selama bentrokan tersebut. Di Beita, bentrokan terjadi setelah pasukan Israel membubarkan puluhan warga Palestina yang melaksanakan salat Jumat di Gunung Sabih, memprotes legalisasi pos pemukiman Avitar di wilayah tersebut.
Pasukan Israel menembakkan peluru karet dan granat gas air mata ke arah warga Palestina, menyebabkan beberapa orang menderita karena menghirup gas air mata, menurut para saksi. Pasukan Israel telah memasuki berbagai wilayah Tepi Barat yang diduduki secara rutin selama beberapa tahun terakhir, namun serangan mereka semakin meningkat seiring dimulainya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023.
Front Irak-Suriah
Selama sebulan terakhir, terjadi peningkatan serangan dari Irak terhadap Israel yang dikaitkan dengan Perlawanan Islam. Kelompok ini terdiri dari beberapa milisi yang didukung oleh Iran, aktif di Suriah dan Irak, termasuk Diantaranya Kataib Hezbollah, Asaib Ahl al-Haq, Harakat Hezbollah al-Nujaba dan Kataib Sayyid al-Shuhada. Sejak perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober, kelompok tersebut telah mengaku bertanggung jawab atas lebih dari seratus serangan di wilayah Israel.
Media Iran Press TV melansir, pemimpin kelompok perlawanan Asaib Ahl al-Haq di Irak telah memperingatkan Israel akan “biaya yang semakin besar” dari invasi darat dan udara yang terus berlanjut di Jalur Gaza yang terkepung. “Musuh Zionis akan menanggung akibat yang jauh lebih besar dalam hal keamanan, ekonomi, dan bahkan keberadaannya selama mereka terus melanjutkan agresinya,” kata Qais al-Khazali dalam sebuah pernyataan pada Jumat. Dia memuji semua kekuatan Poros Perlawanan, yang berjuang melawan serangan Israel ke Gaza selama lebih dari sembilan bulan. “Kelompok-kelompok perlawanan melakukan perjuangan yang terhormat dalam membela kesucian umat Islam, sementara pemerintah Arab dan Muslim enggan mengambil tindakan nyata apa pun,” kata Khazali.
Pemimpin Asaib Ahl al-Haq mencatat bahwa serangan pesawat tak berawak terbaru oleh pasukan Yaman di Tel Aviv, bersamaan dengan operasi sebelumnya yang dilakukan oleh kelompok perlawanan regional, “jelas menunjukkan bahwa Palestina tidak sendirian dalam melawan agresi Israel.”
Sumber