Literasi Umat dan Literasi Kebangsaan dalam Kaca Mata Kebijaksanaan

Redaksi Redaksi
Literasi Umat dan Literasi Kebangsaan dalam Kaca Mata Kebijaksanaan
Ilustrasi.(Foto: Ist)

LITERASI adalah suatu langkah pencerahan, bukan suatu gerakan kepentingan. Pencerahan berarti situasi mencerahkan atau tercerahkan melalui proses literasi.

Dikatakan bukan suatu langkah kepentingan bukan berarti menutup sama sekali, namun kepentingan tersebut tidak lain diarahkan untuk mencerahkan, yaitu melalui literasi.

Penekanan peranan literasi sebagai langkah pencerahan menjadi penting tatkala esensinya bergeser menjadi orientatif. Atau merubah eksistensi literasi dalam menjadi sekedar kendaraan untuk semata suatu kepentingan saja.

Akibatnya, langkah ini tidak hanya menghambat jalannya proses literasi saja, akibat yang dapat ditimbulkan di antaranya adalah adanya batasan literasi yang mensyararatkan orientasi. Ruang literasi dibatasi, mau tidak mau berakibat pada keterbatasan letarasi hanya pada oriebtasi kepentingan suatu gerakan, dan ini fatal.

Tidak ada pencerahan di balik pembatasan dari gerakan paradigmatik. Sifat alami literasi berupa dapat mencerdaskan sebatas kepentingan. Buka hanya kebosanan, gerakan ini bahkan dapat mengancam berupa kungkungan terhadap kebutuhan intelektual manusia melalui literasi.

Beda halnya jika gerakan literasi berlakang tematik. Sejarah misalnya, langkah ini tentu perlu didukung, tidak hanya pertimbangan urgensi kedudukan sejarah sebagai literasi terhadap masa lalu, namun gerakan tematik dalam literasi ini jelas memberi ruang pada banyak kemungkinan topik bahasan, seperti kebangsaan, kebudayaan, bahkan agama.

Pembatasan literasi yang mengungkung pemikiran harus disikapi secara tegas. Dalam Filsafat Sejarah menunjukkan urgensi kejernihan masa lalu tidak bisa hanya dibentuk semena-mena tanpa kebijaksanaan.

Objektivitas fakta masa lalu juga tidak bisa dibatasi pada metodologi khas saintisme yang identik dengan pembatasan perspektif sekedar positivistik.

Sedang kejadian masa lalu dalam produk disiplin ilmu dibutuhkan oleh berbagai kalangan tidak sebatas gerakan-gerakan yang cenderung sarat kepentingan. Maka mengembalikan makna juga peran literasi menjadi lebih penting dari sekedar membatasinya dalam bentuk gerakan. Semangat, keterampilan, serta membuka peluang keragaman dalam literasi adalah langkah yang sesungguhnya mendukung literasi dengan tidak membatasinya.

Sebab usaha melejitkan literasi beragam tema, dengan langkah pembatasan orientatif, alih-alih hendak melejitkan semangat keingintahuan melalui literasi justru sesungguhnya bersifat sebaliknya yaitu membatasi dan menakut-nakuti. Menggaungkan pembangunan (peradaban) melalui literasi justru menghancurkan bahkan sekedar asa atau harapan akan kehidupan lebih baik melalui literasi di masa depan.

Literasi adalah langkah pencerahan bukan pembatasan. Melalui literasi, jendela dunia terbuka dan bukan justru ditutup rapat. Hal ini penting disadarkan, sebab jika tidak, literasi dapat saja dijadikan kendaraan sekedar untuk kelompok tertentu yang justru pemecah-belah kebersamaan yang sesungguhnya.

Nazwar, S. Fil. I., M. Phil

Penulis Lepas Yogyakarta

Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini