JAKARTA - Kekhawatiran mengenai ancaman ketahanan pangan jadi perhatian dunia. Bahkan negara-negara sudah mulai mengerem ekspor pangannya setelah peringatan FAO soal ancaman krisis pangan.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, buka-bukaan mengenai kesiapan Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan. Dia menjelaskan bahwa sejumlah negara sudah mendeteksi adanya kemarau panjang yang bakal mengganggu produksi pangan.
"Itu kan memang adanya warning. Artinya dengan prediksi masalah cuaca ya, kemarau panjang. Terus adanya perubahan perubahan iklim yang cenderung ekstrem ini akan mempengaruhi produksi pangan ya, karena menyangkut tanaman," ujar Buwas, sapaan akrabnya, kepada CNBC Indonesia, Rabu (17/6/20).
Peringatan tersebut diimplementasikan sejumlah negara dengan memprioritaskan kebutuhan dalam negeri. Artinya, negara produsen pangan yang biasanya mengekspor komoditasnya, kini akan lebih ketat menyuplai barang ke luar negeri.
"Ada beberapa negara yang mereka mengutamakan untuk dalam negerinya, untuk masalah pangan. Sehingga mereka tidak akan menjual keluar. Nah ini tentunya juga menjadi antisipasi kita," bebernya.
Dengan kondisi demikian, dia menegaskan bahwa seharusnya Indonesia justru lebih giat menggelorakan produksi pangan. Pasalnya, Indonesia memiliki banyak lahan yang selama ini belum termanfaatkan.
"Karena negara kita kan negara agraris, lahan pertanian luas dan produksi pangan kita banyak, besar, dan tidak hanya satu jenis ya, banyak," tandasnya.
"Sekarang yang penting adalah bagaimana kita menyiapkan itu ya Karena bagaimanapun kita masih ada lahan-lahan yang produktif, baik itu yang ada irigasinya maupun yang tadah hujan, yang lainnya itu masih bisa kita produksi," lanjutnya.
Dia bilang, masyarakat tidak perlu khawatir mengenai stok pangan dalam negeri. Kendati begitu, menurutnya tidak khawatir bukan berarti terlena dan tidak menyiapkan antisipasi. Apalagi, persoalan ketahanan pangan ini merupakan masalah dunia.
"Jangan juga terlena begitu sudah ada warning ya tentang itu dan bisa saja terjadi di Indonesia karena itu secara internasional seluruh dunia ya. Tapi kan kita harus menyiapkan itu ya jauh hari. Artinya dengan demikian kita harus mengantisipasi bagaimana cadangan pangan kita, bisa mencukupi," urainya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan proyeksi United States Department of Agriculture (USDA) memproyeksikan produksi padi secara global pada sepanjang 2019-2020 mencapai 493,8 juta ton atau lebih rendah dari realisasi produksi padi secara global pada 2018-2019 yang mencapai 496,5 juta ton.
"USDA dan IGC memproyeksikan produksi padi global 2019-2020 ini menurun 0,4% sampai 0,5% dibandingkan produksi 2018-2019," jelas Airlangga dalam diskusi virtual, Selasa (16/6/2020).
"Indeks harga pangan dunia periode Januari-Mei 2020 cenderung menurun. Penurunan relatif tajam terjadi pada harga minyak nabati dan hasil peternakan," kata Airlangga melanjutkan.
Sementara negara pengekspor beras seperti Thailand dan Vietnam, diakui Airlangga juga akan memasuki musim kering. Sementara Vietnam dan India juga sudah melakukan pembatasan ekspor.
"Vietnam dan India melarang ekspor dan harus diproduksi, kalau mengandalkan impor cukup sulit," katanya.
(CNBCIndonesia.com)