JAKARTA - Varian Covid-19 Omicron yang dimulai di benua Afrika, kini telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tercatat, saat ini Tanah Air memiliki 748 kasus Covid-19 varian omicron, dengan 155 di antaranya transmisi lokal.
Varian ini dinilai mampu menular lebih cepat ketimbang varian-varian sebelumnya. Ada pula desas-desus bahwa varian ini masih tetap dapat menginfeksi seseorang meski telah divaksin. Bagaimana faktanya?
Dr dr Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mengungkap seberapa kuat varian Omicron jika dibandingkan dengan varian Corona lainnya.
Dalam pemaparannya, dr Ceva menyebut varian Omicron ini tidak ternetralisasi dengan berbagai vaksin tunggal yang ada, baik yang bersifat mRNA maupun vaksin lainnya.
"Tampaknya memang Omicron masih relatif tidak ternetralisasi dengan berbagai vaksin tunggal yang sudah ada, baik yang sifatnya mRNA maupun pengobatan vaksin yang lainnya. Ini yang bisa menjelaskan kenapa 'breakthrough' atau tetap terinfeksinya seseorang pasien walaupun sudah divaksinasi," ujar Ceva dilansir dari detik.com, Minggu (16/1/2022).
Ia juga menyebut, pada modeling pertama dari varian Omicron sudah bisa melihat bahwa infektivitas atau kemampuan menginfeksi varian ini 13 kali lebih tinggi dari pada sebelumnya.
"Modeling pertama dari Omicron sudah bisa menduga bahwa infektivitas dari virus ini 13 kali lebih tinggi daripada sebelumnya. Paling tidak 2,8 sampai 5 kali lebih tinggi daripada Delta," tuturnya
Ceva menambahkan, varian Omicron ini juga mengalami 30 perubahan atau mutasi pada spike protein. Perubahan inilah yang meningkatkan kemampuan Omicron dalam segi penularan dan cenderung menurunkan efektivitas pengobatan dan juga vaksin.
Salah satu mutasi pada Omicron, yaitu K417N, juga diperkirakan menjadi penyebab seseorang bisa tetap terinfeksi meski sudah divaksinasi.
Umumnya, berbagai varian variant of concern (VoC), seperti Alpha, Beta, Gamma, dan Delta memiliki mutasi D614G di spike protein. Mutasi inilah yang membuat sebuah varian 3-4 kali lebih resisten atau kebal terhadap netralisasi vaksin.
Tetapi, varian Omicron ternyata tidak memiliki mutasi D614G. Namun, peningkatan resistensi terhadap vaksinnya bisa sampai ratusan kali.
"Jadi, tampaknya berbagai varian VoC (Alpha, Beta, Gamma, dan Delta) itu menunjukkan adanya peningkatan 3-4 kali resistensi terhadap netralisasi vaksin. Dan varian omicron itu bisa dikatakan ratusan kali peningkatan resistensi terhadap vaksin," pungkas Ceva.
(sumber: CNBCIndonesia.com)