Ilmuwan Eropa Ungkap Pelemahan Medan Magnet Bumi Misterius

Redaksi Redaksi
Ilmuwan Eropa Ungkap Pelemahan Medan Magnet Bumi Misterius
(AFP/SAM PANTHAKY)
Ilustrasi.

Jakarta, CNN Indonesia -- Ilmuwan dari Europan Space Agency (ESA) memberikan hipotesis soal pelemahan misterius medan magnet Bumi yang disebut menjadi tanda bakal terbaliknya medan magnet dari Kutub Utara dan Selatan. 

Pelemahan ini terjadi di area yang terbentang antara Amerika Selatan dan Afrika yang kemudian dikenal dengan julukan South Atlantic Anomaly. 

Sebab hal ini disebutkan telah terjadi berkali-kali di sepanjang sejarah planet Bumi. Pembalikan kutub ini menurut ESA sudah tertunda kira-kira sekitar 250 ribu tahun. Namun teori ini tak bisa diterima sepenuhnya oleh ilmuwan lain. 

Dalam laporan ilmuwan ESA disebutkan bahwa dua abad ke belakang, kekuatan medan magnet Bumi telah berkurang sembilan persen.

Fenomena melemahnya medan magnet ini memang tidak menimbulkan risiko bagi manusia atau mahkluk lain di permukaan Bumi.

Namun, pelemahan ini berpengaruh pada pesawat ruang angkasa dan satelit yang melayang di orbit rendah yang tengah ada di wilayah tersebut.

Pesawat-pesawat ini kemungkinan mengalami malfungsi ketika melewati kawasan dengan medan magnet yang melemah. Medan magnet juga melindungi Bumi dari radiasi kosmik dan partikel bermuatan yang dipancarkan matahari.

Berdasarkan studi ESA, pelemahan ini terus meluas ke arah barat dengan kecepatan 20 kilometer per tahun. Hingga saat ini, peneliti masih belum bisa memberikan penjelasan mengapa hal ini bisa terjadi. 


Penelitian ESA juga menunjukkan adanya titik pelemahan magnet kedua di Afrika Selatan. Sehingga, menurut ESA hal ini bisa menjadi anda kalau fenomena South Atlantic Anomaly bisa terbagi dua.

"Anomali Atlantik Selatan yang baru di wilayah timur telah muncul dalam sepulih tahun terakir dan dan tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir", jelas Jurgen Matzka dari Pusat Penelitian Geosains Jerman seperti dikutip dari Sputnik News, Minggu (24/5). 

Ilmuan ESA memanfaatkan konstelasi satelit Swarn guna memahami fenomena tersebut lebih lanjut. Satelit-satelit ini telah diluncurkan sejak 2013.


"Kita sangat beruntung punya satelit untuk menginvestigasi perkembangan South Atlantic Anomaly. Tantangannya sekarang adalah untuk memahami proses di inti Bumi yang memicu perubahan itu," kata dia seperti dikutip Tech Explorist.

Satelit Swarm ini memang dirancang untuk mengidentifikasi dan mengukur dengan tepat perbedaan sinyal magnet yang membentuk medan magnet Bumi. 

(CNNIndonesia.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini