Abaikan China, Filipina dan AS Latihan Militer Besar di LCS

Redaksi Redaksi
Abaikan China, Filipina dan AS Latihan Militer Besar di LCS
Foto: Militer AS di Laut Cina Selatan (Tangkapan layar twitter @USPacificFleet)

JAKARTA - Amerika Serikat (AS) berencana untuk mengadakan latihan militer skala besar dengan Filipina di dekat Laut China Selatan (LCS) dan Taiwan. Hal ini terjadi saat rival AS, China, terus memperluas pengaruhnya di kedua wilayah itu.

Dalam laporan Channel News Asia, latihan yang bernama Balikatan itu akan menjadi yang terbesar antara Washington dan Manila, dengan total pasukan mencapai 17.680 personel. Australia juga dikabarkan akan mengirim pasukannya dalam latihan itu.

Latihan ini juga akan dilakukan dengan pendaratan amfibi di pulau barat Palawan, daratan Filipina paling dekat dengan Kepulauan Spratly di LCS, yang telah menjadi titik nyala konflik antara Manila dan Beijing. Selain itu, akan ada simulasi pertahanan di pulau kecil Filipina yang terletak hampir 300 km di selatan Taiwan.

"Setiap angkatan bersenjata memiliki hak untuk melakukan latihan militer. Ini benar-benar bagian dari kesiapan tempur kami," kata Juru Bicara Balikatan, Kolonel Michael Logico, Selasa (14/3/2023).

Pengumuman itu muncul kurang dari enam minggu setelah Manila dan Washington setuju untuk memulai kembali patroli bersama di LCS. Keduanya juga mencapai kesepakatan untuk memberi pasukan AS akses ke empat pangkalan militer lainnya di negara Asia Tenggara itu.

Pemberian akses ini mendapatkan kecaman dari China. Dalam sebuah surat yang disampaikan Kedutaan Besar China di Filipina, Beijing menyebut langkah itu akan menyeret Manila dalam perselisihan geopolitik untuk menahan pengaruh regionalnya yang berkembang.

Meskipun tidak ada nama yang disebutkan, Gubernur Manuel Mamba dari provinsi Cagayan Filipina mengatakan pangkalan akan berada di ujung Utara pulau Luzon. Wilayah ini berhadapan langsung dengan Taiwan, yang terus menjadi akar perselisihan China-AS, dimana Beijing mengklaim pulau itu sebagai wilayahnya.

"Jika situs baru tersebut berlokasi di Cagayan dan Isabela, yang dekat dengan Taiwan, apakah AS benar-benar berniat membantu Filipina dalam penanggulangan bencana dengan situs Perjanjian Kerjasama Pertahanan yang Ditingkatkan (ECDA) ini? Dan apakah benar-benar demi kepentingan nasionalFilipina untuk diseret oleh AS untuk ikut campur dalam masalah Taiwan?" kata Kedutaan Besar China dalam pernyataan itu.

Sementara itu, hubungan China dan Filipina juga sedang memanas terkait LCS. Kedua negara terus saling klaim beberapa pulau yang ada di lautan itu. Terbaru, terjadi insiden penembakan sinar laser oleh armada laut China kepada kapal patroli Filipina di sekitar kawasan itu.

Atas kondisi tersebut, China menuduh Washington memicu perpecahan antara Beijing dan Manila serta menimbulkan masalah baru di kawasan bibir LCS. Diketahui, kapal perang AS beberapa kali melintas di lautan itu atas dasar kebebasan navigasi.

"Ketika berbicara tentang perairan bebas dan terbuka, yang ada di benak AS sebenarnya adalah kebebasan mengamuk kapal perangnya LCS. Militer AS telah datang jauh-jauh dari sisi lain Pasifik untuk menimbulkan masalah di LCS," tambah pernyataan Kedutaan Besar China itu.

(sumber" CNBCIndonesia.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini