Politikus Anti-Islam Belanda Geert Wilders Divonis Bersalah

Redaksi Redaksi
Politikus Anti-Islam Belanda Geert Wilders Divonis Bersalah
ANP
Geert Wilders
AMSTERDAM - Politikus anti-Islam Belanda, Geert Wilders, dinyatakan bersalah dalam kasus penghinaan dan penghasutan. Kendati begitu, tidak ada hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan Amsterdam kepada Wilders yang partainya memimpin dalam jejak pendapat menjelang pemilu Parlemen Maret mendatang.

Melalui akun Twitter pribadinya, Wilders menyebut vonis bersalah pengadilan sebagai sebuah kegilaan. Dia mengatakan akan segera mengajukan banding.

Polisi menerima 6.400 keluhan atas pernyataan Wilders dalam kampanye pemilu di kota Den Haag. Dalam kampanye itu, ia mengatakan apakah rakyat ingin jumlah warga Maroko menjadi lebih sedikit di Belanda.

Ketika kerumunan berteriak "Sedikit! Sedikit!" Wilders tersenyum dan mengatakan, "Kami akan mengurus itu."

Pada persidangan, jaksa menghadirkan saksi warga Belanda-Maroko yang menyatakan, komentar Wilders membuat dia merasa menjadi warga kelas tiga di Belanda.

Wilders berpendapat, komentarnya itu harus dilindungi oleh hak kebebasan berbicara. Namun, hakim memutuskan ada batas-batas yang harus ditaati, dalam hal ini menyangkut kelompok minoritas.

"Jika seorang politikus melewati batas, bukan berarti kebebasan berbicara dibatasi. Sebuah kejahatan tidak dapat dilindungi oleh hak kebebasan berbicara," kata Hakim Ketua, Hendrik Steenhuis seperti dikutip BBC.

Para hakim menganggap kasus ini sebagai kasus luar biasa. Sebab Wilders adalah pemimpin partai politik dan memiliki kewajiban untuk tidak melakukan polarisasi terhadap masyarakat.

Awal Mula Geert Wilders Membenci Islam

Politikus asal Belanda, Geert Wilders menceritakan awal mula mengapa ia sangat membenci Islam.

"Saat remaja saya pernah tinggal beberapa bulan di Israel. Setelah itu saya terjun ke dunia politik. Saya masuk ke Partai Liberal," cerita Wilders kepada wartawan Republika, Stevy Maradona lewat sambungan telepon rahasia (private number), Kamis (21/11) petang.

"Sebelum akhirnya saya memutuskan untuk membuat partai sendiri. Saya mengunjungi organisasi pers, organisasi Muslim, dan organisasi perempuan di negara-negara Islam."

Di Iran, Wilders mencontohkan, Pemerintah Negeri Para Mullah itu menutup surat kabar hanya karena surat kabar itu berbeda pendapat dengan penguasa.

"Padahal, menurut saya, Muslim itu sebagai anggota masyarakat punya banyak sekali potensi, tapi Islam mengekang potensi itu," tutur pendiri Partij voor de Vrijheid ini.

Pria kelahiran 6 September 1963 itu melanjutkan, "Sekali lagi saya katakan saya tidak punya masalah dengan pemeluk Islam ya. Saya hanya membenci ideologi mereka." (ROL)

Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini