`Misteri Gerbang Pontong` Menggema di Munas I JMSI

Redaksi Redaksi
`Misteri Gerbang Pontong` Menggema di Munas I JMSI
istimewa
Zulpen Zuhri, wartawan penyair dari Riau.

PEKANBARU, riaueditor.com - Memeriahkan Musyawarah Nasional (Munas) I Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) 29 Juni 2020 yang dipusatkan di Pekanbaru-Riau secara virtual, panitia pusat menggelar lomba membaca puisi secara virtual yang diikuti oleh 44 wartawan dan wartawati di seluruh Indonesia.

Perhelatan istimewa, lomba baca puisi secara virtual ini diselenggarakan Minggu (28/6/2020), pukul 15.00 hingga 17.00 WIB menggunakan aplikasi Zoom. Peserta dari Riau Zulpen Zuhri dengan judul puisi "Misteri Gerbang Pontong" Resah Panjang Untuk Tuan Presiden Jokowi Datuk Sri Setia Amanah Negara buah karya anggota DPRD Inhu Dodi Irawan.

Zulpen Zuhri, satu dari 5 orang wartawan yang tergabung dalam JMSI Riau yang ikut lomba wartawan-penyair membaca puisi diantaranya Luzi Diamanda, Eka Putra, Nur Ismi, Satria Utama Batubara dan Aditiya Prahara.

Lomba wartawan baca puisi ini diikuti oleh wartawan-penyair seluruh Indonesia. Bahkan, sejumlah wartawan-penyair dari negeri jiran Malaysia yang tergabung dalam Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (Iswami) juga akan ikut serta. Selain itu, sejumlah bintang tamu juga direncanakan ikut memeriahkan panggung puisi JMSI.

Tiga wartawan senior yang juga dikenal sebagai penyair, Dheni Kurnia dari Provinsi Riau, Ramon Domora dari Kepulauan Riau bersama Fakhrunas MA Jabbar, dari Riau, dipercaya penyelenggara JMSI pusat duduk sebagai Dewan Juri.

Pelaksana Tugas Ketua Umum JMSI Pusat, Mahmud Marhaba dalam penjelasannya mengatakan, lomba baca puisi adalah salah satu kegiatan dalam rangkaian Munas I JMSI yang sudah dimulai sejak tanggal 16 Juni lalu.

"Puncak dari pelaksanaan Munas I JMSI adalah pada hari Senin, 29 Juni 2020. Awalnya kami rencanakan Munas akan diselenggarakan di Pakanbaru, Riau. Namun karena situasi pandemi Covid-19, kami sepakat untuk menggelar Munas secara virtual," ujar Mahmud Marhaba.

Sementara itu, Zulpen Zuhri usai mengikuti lomba membaca puisi mengaku bangga diberikan kesempatan oleh JMSI Riau untuk tampil mewakili wartawan-penyair dari Riau dalam lomba baca puisi yang diikuti wartawan-penyair seluruh Indonesia. 

Dalam kesempatan itu Zulpen mengaku bangga bisa membaca puisi karya Dodi Irawan yang merupakan anggota DPRD Inhu, dengan judul "Misteri Gerbang Pontong" Resah Panjang Untuk Tuan Presiden Jokowi Datuk Sri Setia Amanah Negara.

"Banyak puisi yang saya tulis, tapi saya tertarik membaca 1 dari 99 puisi yang ditulis oleh Dodi Irawan anggota DPRD Inhu ini. Kemarin ada 15 puisi yang ditawarkanya kepada saya untuk dibaca dalam lomba ini, saya pilih puisi "Misteri Gerbang Pontong" sebab puisi ini membuka fakta lama yang masih hangat di perbincangkan," ujar Zulpen ketua PWI Inhu priode 2011-2014 ini.

Diakhir wawancara, kepada wartawan Zulpen melihatkan puisi yang baru saja dibacanya, berikut puisinya:

"MISTERI GERBANG PONTONG"

Resah Panjang Untuk Tuan Presiden Jokowi, Datuk Sri Setia Amanah Negara 

Karya: Dodi Irawan

(Anggota DPRD Indragiri Hulu)

Satu waktu

Delapan tahun lalu

Negeri Narasinga berduka

Sebuah gerbang meledak

Berkecai hancur ditabrak

Tepat di kepalanya

Meski tak ada darah mengalir

Tapi membuat negeri jadi getir

Hingga kini kami masih berduka

Pedih yang mendera masih terasa

Gerbang kami pontong sebelah

Nafas kami pun terengah-engah

Sedang tulang gerbang yang hancur

Tak akan pernah kembali

Hanyut lalu di batang Indragiri

Menyisakan pedih tak bernyeri

Sungguh kami tak tahu

Apa kesalahan gerbang itu

Sehingga kepalanya pecah

Perutnya jadi terbelah

Sementara Danau Raja yang menjadi saksi

Diam seribu bahasa

Bundaran Pematang Reba yang biasa sibuk

Tunak tak bersuara

Semuanya diam seperti bulan naik

Seperti patin disalai terik

Hari ini delapan tahun lalu

Kepala gerbang tetap menghilang

Tak ada tanda-tanda akan pulang

Seperti misteri limbah yang busuk

Menyengat ke seluruh pelosok negeri

Lebih busuk dari segala limbah sari

Yang menusuk arus Kuantan Indragiri

Seperti kisah laksamana mati dibunuh

Begitu pula gerbang kami

Kepalanya putus disambar pedang

Nyawanya melayang tak sempat meregang

Darahnya yang memerah

Berserakan mewarnai tanah

Menimbulkan anyir dan bau nanah

Tapi jika laksamana tinggalkan kenangan

Gerbang pontong meninggalkan cacian

Jika laksamana menjadi raja

Gerbang kami anak tiri di sudut rumah

Yang tak dipandang tak dikenang

Yang tersiksa di istana rakyat

Hancur meleleh di janji penjabat

Meski gerbang kami pernah jumawa

Dengan warna merah belanga kebesaran

Dengan sampin dan tanjak patih

Menyelipkan keris diseluk pinggang

Berdiri gagah membangkit batang terendam

Tapi engkau bukanlah siapa-siapa

Kau tetaplah gerbang pontong

Dengan leher terpotong-potong

Pernah kami mencari-cari

Pengganti kepalamu yang tak kembali

Tapi kami terbentur pada sikap Datuk Indragiri

Yang selalu merentakkan dada

Bahkan dengan mata memerah

Bertanya selera; Kalian mau apa?

Kamipun menjadi surut

Bukan karena kami takut

Tapi hanya tersenyum kecut

Melihat tingkah Datuk yang tak patut

Pernah kami mengadukan

Pada ninik mamak talang di pedalaman

Untuk membacakan mantra-mantra

Agar kepala gerbang kembali semula

Tapi mulai batin Talang Mulya

Ninik besi di Talang Jerinjing

Hingga Patih di Pematang Reba

Hanya tersenyum mengusap wajah

Sebab kata mereka;

Bagaimana kami nak mengganti kepala gerbang?

Singa saja sudah tak bertaring

Pengering hilang di Pring Jaya

Belang lenyap di Talang Perigi

Hutan habis hangus terbakar

Sawit diasak orang lalu

Anak-anak kami pun tak jadi masuk sekolah

Aduhai gerbang pontong

Alangkah malang nasibmu

Kepala hilang, tak sedap dipandang

Nak diganti, Datuk Indragiri meradang

Nak dibiarkan, malu sekeliling badan

Kemana lagi kami nak mengadu

Jadi misteri sejak delapan tahun lalu

Wahai Tuan Presiden!

Bergelar Datuk Seri Setia Amanah Negara

Coba kau dengar keluhan ini

Tentang gerbang pontong di negeri kami

Ini bukanlah dongeng pengantar tidur

Tapi fakta di negeri makmur

Di kota pejuang dalam sejarah

Bernama Indragiri puak Narasinga

Tuan tegurlah Datuk kami

Yang bermulut besar bertutur kasar

Tak paham syair dan seloka

Tak paham mantra dan doa-doa

Sering emosi dan sakit gigi

Membuat anak kemenakan makan hati

Kami sebagai hamba dan wakil rakyat

Beberapa kali coba mengingatkan

Agar misteri gerbang pontong diselesaikan

Karena konon beberapa tahun lalu

Ada pihak yang mengaku bertanggungjawab

Tapi hingga kini

Gerbang itu tetap sepi

Tanpa kepala menunggu hari

Baturijal, 14/06/2020


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini