Dampingi UMKM Berkembang dan Sadar Lingkungan

Redaksi Redaksi
Dampingi UMKM Berkembang dan Sadar Lingkungan
istimewa

"Pemerintah bukan hanya perlu menyiapkan usaha mikro, kecil, dan menengah untuk menembus pasar digital agar bertahan dan berkembang, tapi juga sadar lingkungan agar proses bisnisnya mendukung pembangunan lestari."

SIAK, RIAU - Perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM tidak tumbuh sendiri. Agar UMKM dapat berkembang, perlu dukungan dan pendampingan pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lain dengan ekosistem pendukung seperti akses modal, akses pasar termasuk pasar, digital maupun jaringan ritel modern, dan akses pemasok bahan baku berkualitas dari komoditas lokal.

Ekosistem pendukung yang baik membutuhkan kolaborasi multipihak, agar setiap elemen dapat memerankan fungsi, sesuai dengan keahliannya. Jika tidak, UMKM akan sulit berkembang. Padahal, UMKM dapat menjadi katup penyelamat ekonomi, dan menyumbang 60 persen pada perekonomian Indonesia. Ekosistem ini juga perlu dukungan kebijakan yang konsisten dan persisten.

Hambatan terbesar UMKM di Indonesia adalah kurangnya akses dan kesadaran tentang manfaat dan proses digitalisasi usaha. Selain itu, UMKM juga perlu melek pada perkembangan ekonomi hijau, baik di dalam maupun luar negeri dengan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial.

Arah pengembangan UMKM, bantuan pemerintah, dan gotong royong multipihak dapat menjawab kebutuhan dan memberi solusi tepat bagi hambatan UMKM.

Salah satu upaya pengembangan UMKM lewat kolaborasi multipihak dilakukan di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kolaborasi antara pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Siak, dengan Sentra Kreatif Siak Lestari (SKELAS), Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan sektor swasta sebagai katalis dari Supernova Ecosystem, mendorong penguatan UMKM melalui program inkubasi.

Tekad Perbatas Dewa, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Siak menyebut pentingnya pengembangan sumber daya manusia di sektor ekonomi kreatif. Dinas Pariwisata melalui Bidang Ekonomi Kreatif melakukan pendataan potensi, dan melakukan pendampingan terhadap pelaku ekonomi kreatif yang mayoritas merupakan UMKM. Salah satunya melalui program KUBISA.

“Dinas Pariwisata bekerjasama dengan SKELAS bagaimana menumbuhkembangkan potensi yang ada, dengan membina pelaku ekonomi kreatif akan mempengaruhi perekonomian daerah,” kata Tekad.

Program Inkubasi Bisnis Lestari (KUBISA) merupakan program pendampingan usaha bagi pelaku UMKM terpilih dengan ide usaha inovatif yang memberi dampak positif bagi sosial dan lingkungan. Program ini terdiri dari 10 sesi pelatihan bisnis lestari, seperti pelatihan

visioning, pelatihan bisnis model canvas, pelatihan tata kelola bisnis, pelatihan pengebangan barang dan jasa, pelatihan pencatatan keuangan dan rantai pasok secara digital, pelatihan marketing, pelatihan membuat pitch deck sesuai dengan panduan investasi lestari, pelatihan public speaking, pelatihan prototipe desain kemasan ramah lingkungan, dan pelatihan foto produk.

Sadar Pembangunan Lestari

Pendampingan selama dua bulan ini juga mendorong pelaku UMKM agar menyadari arah pembangunan lestari dengan memanfaatkan komoditas lokal daerah menjadi hilirisasi produk bernilai tambah.

Pelatihan ini merupakan salah satu upaya pembangunan lestari yang fokus pada konservasi, perkebunan, industri dan pemukiman yang terdapat dalam Peraturan Daerah (Perda) No. 4 Tahun 2022 tentang Siak Kabupaten Hijau.

Husni Merza, Wakil Bupati Siak menyebut pemerintah perlu memikirkan alternatif sumber ekonomi bagi masyarakat saat melarang mereka melakukan pembalakan hutan, salah satunya adalah mendorong pertumbuhan sektor UMKM di Siak. Mengingat Kabupaten Siak merupakan wilayah dengan bentangan alam dan memiliki komoditas beragam, UMKM juga perlu diperkuat dengan pemahaman konsep bisnis lestari.

“Kabupaten Siak ingin menjadi percontohan bagi pengembangan UMKM dengan konsep bisnis lestari,” ujar Husni Merza, Jumat (17/03/2023).

Besarnya potensi alam Siak menjadi tantangan. Perlu pengelolaan yang baik agar alam terjaga, dan masyarakat tetap sejahtera. Husni menambahkan, pemerintah Siak sangat terbuka dengan berbagai pihak yang ingin menjadikan Siak sebagai tempat kajian bersama bahwa manusia dapat hidup berdampingan dengan alam. Sehingga, antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan dapat berjalan beriringan sesuai filosofi masyarakat melayu.

“Istilahnya, berkebun tapi tak merusak gunung. Bercocok tanam, tapi tidak merusak hutan. Dan, memancing tapi tak mengotori laut. Sehingga masyarakat bisa sejahtera tapi alam tetap terjaga,” kata Husni.

Husni berharap melalui pendampingan ini, UMKM di Siak lebih berkembang. Tidak hanya memikirkan aspek keuntungan saja, tapi juga mulai sadar akan dampak terhadap lingkungan.

Demo Day dan Partnership Matching

Selain mendapat pelatihan, di akhir masa inkubasi 7 finalis dari 26 peserta akan dipertemukan dengan tamu undangan dalam partnership matching pada Sabtu, 18 Maret 2023 di Gedung Mahratu, Siak, Provinsi Riau.

Ketujuh finalis akan memaparkan inovasi dan solusi bisnis lestari masing-masing kepada juri dan tamu. Tiga peserta dari tujuh finalis dengan inovasi dan solusi terbaik akan terpilih sebagai pemenang.

Setiap finalis mendapat kesempatan berdiskusi dan berjejaring untuk mempromosikan produk olahannya kepada tamu umum dan perusahaan. Ketujuh peserta mempresentasikan produknya kepada lima perusahaan yang hadir, di antaranya PT RAPP, Bank Riau Kepri Syariah, PT indah Kiat, PT Bumi Siak Pusako, dan Gerai Kabupaten Lestari dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari. Kelima perusahaan ini dapat menjadi salah satu akses pasar bagi UMKM finalis.

“Program ini cukup bagus, karena UMKM butuh pendampingan dan perusahaan dapat membantu pemasarannya, tentu menyesuaikan kebijakan perusahaan,” kata Muhammad Wahyudi, CSR Officer dari PT Bumi Siak Pusako.

Dalam kesempatan yang sama, tamu juga dapat menikmati pameran produk ekonomi kreatif dan penampilan hiburan di lapangan Siak Bermadah.***

TENTANG SKELAS

Sentra Kreatif Lestari Siak (SKELAS) adalah wadah bagi anak muda untuk memanfaatkan potensi sumber daya manusia, pariwisata, dan ekonomi kreatif lestari secara kreatif di Kabupaten Siak, sesuai dengan Visi Siak Hijau. SKELAS merupakan wadah kolaborasi dan gotong royong antar komunitas dan pemerintah untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang ada di Kabupaten Siak. SKELAS juga berfungsi sebagai inkubator dan akselerator bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah untuk mengembangkan produk dan usaha.

SKELAS memiliki empat unit bisnis: ekowisata, event organizer, inkubator usaha lestari, dan gerai SKELAS. Selama 2021 - 2022 SKELAS telah melakukan 8 ekowisata, 6 event organizer, 12 inkubasi usaha lestari, dan berkolaborasi dengan 4 desa.

Saat ini, SKELAS tengah mengembangkan Platform Kawan SKELAS. Platform ini dibentuk sebagai solusi digital yang menyediakan data dan informasi layanan ekonomi kreatif di Kabupaten Siak. Masyarakat yang membutuhkan jasa dan barang dari 17 subsektor ekonomi kreatif dapat mengakses Platform Kawan SKELAS di www.kawan.skelas.org

TENTANG KUBISA

Inkubasi Bisnis Lestari Siak (KUBISA) merupakan program Skelas yang bertujuan membantu pelaku bisnis lestari agar mencapai kesejahteraan namun tetap memperhatikan dampak lingkungan. Inkubasi ini juga merupakan dukungan terhadap Visi Siak Hijau serta target 1.000 UMKM per tahun yang direncanakan Pemerintah Kabupaten Siak.

Ada 26 ide bisnis mendaftar pada program KUBISA. Mereka berasal dari beberapa kecamatan di Kabupaten Siak. Dari 26 pendaftar diseleksi melalui dua tahapan dan terpilih 8 ide bisnis yang mendapat pendampingan dan pelatihan. Tujuh di antara delapan para finalis yang hadir dalam acara Demo Day dan Partnership Matching dapat Anda lihat dalam tautan berikut: https://bit.ly/Kubisa_Siak2023

TENTANG LINGKAR TEMU KABUPATEN LESTARI (LTKL)

Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) adalah asosiasi pemerintah kabupaten yang dibentuk dan dikelola oleh pemerintah kabupaten demi mewujudkan pembangunan lestari yang menjaga lingkungan dan mensejahterakan masyarakat melalui gotong royong.

LTKL merupakan kaukus pembangunan lestari dari Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) yang berdiri sejak bulan Juli 2017. Saat ini, LTKL telah memiliki 9 kabupaten anggota di 6 provinsi Indonesia dan bekerja berdampingan dengan 28 jejaring mitra multipihak.

Sesuai dengan Deklarasi Visi Kabupaten Lestari 2030 bahwa melindungi kawasan hutan dan ekosistem penting di dalamnya adalah prioritas bagi anggota LTKL untuk mencapai target nasional untuk mencegah kebencanaan dan krisis iklim sekaligus dapat menarik investasi berkualitas ramah lingkungan dan ramah sosial dalam upaya meningkatkan daya saing daerah.

Sebagai forum, LTKL berfungsi untuk membantu kabupaten anggota menyusun strategi implementasi, terkoneksi dengan mitra yang tepat untuk meningkatkan kapasitas atas upaya pembangunan lestari serta menceritakan peluang dan tantangan pembangunan lestari kepada publik. Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi dan gotong royong dengan para pihak lintas sektor dan lintas latar belakang untuk mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab.(*)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini