Viral Riset Positif Corona DKI Capai 32.000, Istana Bicara

Redaksi Redaksi
Viral Riset Positif Corona DKI Capai 32.000, Istana Bicara
(Foto: Tangkapan Layar Youtube Pemprov DKI)
Foto: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberi keterangan pers "Media Update Penanganan COVID-19 Jakarta".

JAKARTA - Istana Kepresidenan buka suara perihal riset gabungan ilmuwan yang memperkirakan sudah ada 32 ribu kasus positif virus Corona di Jakarta.

Istana meminta riset ini didiskusikan bersama Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang berada di bawah komando Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo.

"Agar tidak gaduh opini publik, research yang bertujuan membangun kolaborasi data ini agar dapat dipaparkan detail di dalam Tim Gugus Tugas dan Kementerian Kesehatan," kata Tenaga Ahli Utama Kepresidenan KSP Dany Amrul Ichdan, sepert dikutip detikcom, Sabtu (11/4/2020).

Dany mengatakan KSP akan memfasilitasi para ilmuwan untuk menyampaikan hasil riset-risetnya kepada pemerintah.  KSP juga meminta seluruh elemen masyarakat bersinergi mencegah penularan Corona.

"KSP akan membantu fasilitasi (jika diperlukan), dengan semangat saling membantu program prioritas negara, bergotong royong mencari solusi percepatan terbaik, dan bersinergi mencegah penularan yang lebih besar lagi," ucapnya.

Dany meyakini riset yang tepat itu berasal dari metedologi yang sudah teruji. Dia juga mempertanyakan mengenai indikator kesehatan tingkat daerah dalam riset ini sudah terukur secara benar atau belum.

"Research yang accountable tentu terdiri atas metodologi ilmiah yang bisa diuji secara empiris, baik teknik pengambilan sampel, alat analisis dan pengolahan data statistik yang harus diadakan 'peer review' dalam scope akademis, dan best practice-nya, dalam hal ini adalah framework-nya public health, apakah indikator variabelnya sudah mendalami trend public health DKI khususnya, daerah episentrum atau belum," katanya.

Menurutnya, dalam menganalisis kasus positif masyarakat Jakarta saat ini seharusnya disesuaikan dengan keputusan PSBB. Hal itu menurutnya akan membuat kesimpulan riset lebih terukur.

"Angka reproduksi kasus positif dalam menganalisa jumlah kelahiran kasus baru yang positif, saat ada orang yang terinfeksi dalam masyarakat, sebaiknya disesuaikan dengan keputusan PSBB yang dijalankan pemerintah sehingga bisa terukur kesimpulannya,"

"Research modelling-nya harus dijelaskan detail operasional variabelnya, skala likert ataupun ukuran lainnya dalam model SERQD yang digunakan untuk membuktikan memang secara empiris adanya kasus yang tidak terdeteksi," jelasnya.

Sebelumnya, kalangan ilmuwan lintas universitas memperkirakan sudah ada 32 ribu kasus positif COVID-19 di Jakarta. Data yang selama ini diketahui diperkirakan hanya 2,3 persen dari jumlah yang sebenarnya.

Perkiraan jumlah kasus virus Corona ini adalah bagian dari permodelan terkait wabah COVID-19 di Indonesia, dibuat oleh pakar dari berbagai universitas dan tim SimcovID.

Ilmuwan yang terlibat mengerjakan penelitian ini berasal dari ITB, Unpad, UGM, Essex and Khalifa University, University of Southern Denmark, Oxford University, ITS, Universitas Brawijaya, dan Universitas Nusa Cendana.

Penelitian ini menggunakan data 31 Maret 2020. Saat itu, data pemerintah menyebut ada 747 kasus positif COVID-19 di Jakarta.

Namun, menurut penelitian ini, data yang tercatat hanyalah 2,3 persen dari yang sebenarnya, yakni 32 ribu kasus positif COVID-19.

"Jakarta memiliki kepadatan kasus COVID-19 tertinggi di Indonesia, dengan 315 kasus untuk setiap 100 ribu populasi," demikian kesimpulan yang tertera dalam `Modelling Update` SimcovID Team, draf diterima detikcom.

(CNBCIndonesia.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini