AS Deteksi Penyakit Flu Burung Perdana di Babi

Redaksi Redaksi
AS Deteksi Penyakit Flu Burung Perdana di Babi
Foto: Ilustrasi babi merah (Freepik)

JAKARTA - Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi flu burung H5N1 pada seekor babi di sebuah peternakan di halaman belakang rumah, di negara bagian Oregon. Departemen Pertanian AS (USDA) menyebut ini adalah kasus pertama virus H5N1 pada binatang tersebut.

USDA mengatakan babi dan unggas yang ada telah dimusnahkan untuk mencegah penyebaran virus. Pengujian tambahan juga akan dilakukan.

Lembaga itu menyebut peternakan telah dikarantina. Hewan lain yang ada di sana juga sedang diawasi termasuk domba maupun kambing.

"Tidak ada risiko terhadap pasokan daging babi nasional dari kasus tersebut," kata lembaga itu lagi dikutip Reuters, Kamis (31/10/2024) seraya menegaskan bahwa risiko terhadap masyarakat dari flu burung tetap rendah.

"Kasus babi berasal dari burung liar dan bukan dari peternakan unggas atau sapi perah," tambah juru bicara USDA merujuk migrasi burung liar telah membawa flu burung ke kawanan unggas dan ternak sapi.

Babi merupakan hewan yang sangat dikhawatirkan dalam penyebaran flu burung karena dapat terinfeksi bersama virus burung dan manusia. Di mana virus dapat bertukar gen untuk membentuk virus baru yang lebih berbahaya yang dapat lebih mudah menginfeksi manusia.

Tahun 2009-2010 misalnya, babi merupakan sumber pandemi flu H1N1 awal. Hewan ini pun telah diduga sebagai sumber sejumlah penyakit lainnya.

Hal ini pun merujuk pernyataan ahli virus Rumah Sakit Penelitian Anak St. Jude, Richard Webby, yang mempelajari flu pada hewan dan burung untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun, penemuan virus di peternakan kecil membuat infeksi babi tidak terlalu mengkhawatirkan dibandingkan jika terdeteksi di peternakan babi komersial.

"Saya pikir itu mungkin tidak terlalu meningkatkan risiko, tetapi pasti, jika virus ini mulai menular pada babi, itu benar-benar meningkatkan risiko," katanya.

Di AS sendiri, tahun ini, 36 orang dinyatakan positif flu burung karena virus tersebut telah menyebar ke hampir 400 peternakan sapi perah. Semua kecuali satu orang adalah pekerja peternakan yang diketahui pernah melakukan kontak dengan hewan yang terinfeksi.

Sejak 2022, virus tersebut telah memusnahkan lebih dari 100 juta unggas. Ini menjadi wabah flu burung terburuk yang pernah terjadi di negara tersebut.(sumber)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini