Sepanjang 2019 Balita Penderita Stunting di Riau Capai 16.275 Jiwa

Redaksi Redaksi
Sepanjang 2019 Balita Penderita Stunting di Riau Capai 16.275 Jiwa

PEKANBARU - Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Provinsi Riau dari Januari hingga Desember 2019, penderita stunting atau gizi buruk pada balita mencapai 16.275 balita. Kondisi seperti ini sangat memperihatinkan, dimana kabupaten/kota yang paling banyak balita penderita stunting, yakni di Kabupaten Kampar.

Kepala Dinas Kesehatan Riau, Mimi Yuliana Nazir menjelaskan, bahwa kabupaten/kota yang duduki peringkat paling atas jumlah balita penderita stunting di Kabupaten Kampar sebanyak 3.128 balita. Untuk angka pemderita stunting sangat fluktuatif dan bisa berubah-ubah kapan saja.

Berikut ini urutan kabupaten dan kota di Provinsi Riau dari yang paling banyak balita penderita stunting : 

Kabupaten Kampar sebanyak 3.128 balita, 

Indragiri Hilir sebanyak 2.021 balita, 

Bengkalis sebanyak 1.813 balita,

Kepulauan Meranti sebanyak 1.745 balita, 

Pelalawan sebanyak 1.742 balita, 

Rokan Hilir sebanyak 1.474 balita, 

Kota Pekanbaru sebanyak 1.248 balita, 

Rokan Hulu sebanyak 878 balita, 

Indragiri Hulu sebanyak 831 balita, 

Kuantan Singingi sebanyak 650 balita, 

Siak sebanyak 455 balita, dan 

Kota Dumai sebanyak 290 balita.

"Berdasarkan elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) Dinas Kesehatan Riau, ada 149.280 balita yang sudah diukur dari 601.000 balita sasaran," ungkap Mimi, Selasa (21/1/2020).

Dimana dampak dari stunting ini diungkapkan Mimi, anak menjadi lebih pendek dari usianya. Stunting juga biasanya terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir, tetapi baru nampak setelah anak barusia 2 tahun.

"Balita yang lebih pendek dari biasanya memang terlihat normal dan masih bisa beraktivitas seperti biasanya. Hanya aaja yang terjadi sebenarnya adalah adanya gangguan pertumbuhan dan dapat mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal," jelasnya.

Dampak perkembangan yang tak maksimal tersebut, sambung Mimi, akan berpengaruh terhadap produktifitas dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dan penghambat pembangunan manusia di Riau, sehingga pencegahan dan penanggulangan stunting menjadi sangat penting.

"Untuk pencegahan dan penanggulangan stunting yang kami lakukan dalam bentuk pembinaan, pendampingan, dan monitoring evaluasi berjenjang dari provinsi ke kabupaten/kota. Juga kunjungan ke puskesmas yang untuk memantau kondisi lapangan, serta sosialisasi juga gencar dengan merangkul beberapa dinas terkait," ungkap Mimi.

Mimi juga mendorong kepada masyarakat untuk kesadaran menekan penyebab stunting. Belum banyak masyarakat yang paham tentang stunting, oleh karena itu Dinas Kesehatan Riau gencar melakukan sosialisasi ke seluruh daerah, rutin mengukur dan pencatatan data balita-balita, sehingga bisa terlihat jelas mana yang terindikasi stunting.

"Untuk itu, mari bersama-sama untuk mengurangi angka stunting di Riau. Terkhusus keluarga untuk paham dan sadar, sehingga bisa mengurangi penderita stunting di Riau," kata Mimi. (mcr)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini