WHO Desak China Ungkap Data Covid Sesungguhnya, Xi Bohong?

Redaksi Redaksi
WHO Desak China Ungkap Data Covid Sesungguhnya, Xi Bohong?
Foto: Provinsi Zhejiang China, sedang berjuang melawan sekitar satu juta kasus COVID-19 baru setiap hari. (AFP via Getty Images/NOEL CELIS)

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak China membagikan data kasus Covid-19 sebenarnya. Ini terkait lonjakan kasus yang terjadi di sana agar negara lain bisa melakukan langkah-langkah terkait.

"WHO meminta kembali untuk berbagi data spesifik dan real-time pada situasi epidemiologis, termasuk data pengurutan genetik, data mengenai dampak penyakit termasuk rawat inap, penerimaan unit perawatan intensif (ICU) dan kematian," jelas WHO dalam keterangannya dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (31/12/2022).

"WHO menekankan pentingnya pemantauan dan publikasi daya tepat waktu untuk membantu China serta komunitas global merumuskan penilaian risiko yang akurat dan memberikan informasi tanggapan efektif".

Kasus Covid-19 di China kembali melonjak tajam. Sejumlah bukti menunjukkan sejumlah rumah sakit dan kamar mayat yang mulai kewalahan karena lonjakan tersebut. Namun banyak yang mempertanyakan laporan data dari China. Sebab data yang disajikan menunjukkan angka infeksi rendah dengan sedikit kematian.

Selain itu, WHO juga menegaskan soal pentingnya vaksin Covid-19. Vaksinasi, menurut lembaga itu, untuk melindungi diri kelompok rentan dari penyakit parah dan kematian.

"WHO menegaskan kembali pentingnya vaksinasi dan pemacu untuk melindungi dari penyakit parah dan kematian bagi orang berisiko lebih tinggi," ucap WHO.

Lembaga itu juga menambahkan China harus memperkuat tindakan dalam beberapa hal. Termasuk soal pengurutan virus hingga terkait vaksinasi Covid-19.

"WHO meminta China memperkuat pengurutan virus, manajemen klinis, dan penilaian dampak, dan menyatakan kesediaan untuk memberikan dukungan di bidang ini. Serta melakukan komunikasi tentang vaksinasi untuk melawan keragu-raguan," kata WHO.

Sementara itu lonjakan kasus baru di China terjadi berselang tiga tahun setelah infeksi pertama tercatat pada akhir 2019. Kasus pertama tercatat berasal di kota Wuhan, China.

(sumber: CNBCIndonesia.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini