Panik! Negara-Negara Lain Amankan Diri dari Krisis Pangan

Redaksi Redaksi
Panik! Negara-Negara Lain Amankan Diri dari Krisis Pangan
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

JAKARTA - Kekhawatiran mengenai ancaman ketahanan pangan jadi perhatian dunia. Bahkan negara-negara sudah melakukan kebijakan larangan ekspor pangan, apalagi ada peringatan Food and Agriculture Organization (FAO) soal ancaman krisis pangan. Kondisi pandemi covid-19 makin mendorong negara-negara mengutamakan pasokan pangan di dalam negeri.

FAO dalam laporan yang berjudul Why export restrictions should not be a response to COVID-19: Learning lessons from experience with rice in Asia and the Pacific, menjabarkan beberapa kebijakan yang sudah diambil negara-negara yang mencoba mengamankan pasokan pangannya di tengah pandemi covid-19.

FAO menggarisbawahi bahwa kebijakan semacam ini memicu kepanikan, hal ini dapat dilihat dari pelajaran krisis harga pangan pada 2007-2008, pembatasan perdagangan ekspor pangan memicu kenaikan harga.

Misalnya pada akhir Maret, Vietnam, selaku eksportir beras terbesar ketiga dunia sempat menghentikan kontrak-kontrak ekspor beras. Setelah itu sempat ada pelonggaran kebijakan dengan menerapkan kuota ekspor beras pada April 2020 lalu, dan akhirnya larangan ekspor dihapus.

Namun, saat bersamaan Kamboja justru sempat melakukan larangan ekspor beras pada awal April, Kamboja juga menyatakan larangan ekspor beras non-wangi, yang merupakan jenis beras yang jumlahnya tak besar dari total ekspor beras mereka, tapi larangan ekspor ini telah dicabut.

Myanmar juga melakukan larangan ekspor beras sejak awal April, dan memberlakukan kuota ekspor sampai Oktober 2020 menunggu panen raya di sana.

Dalam catatan FAO, negara-negara penghasil beras lainnya seperti India, Thailand dan Pakistan, yang merupakan eksportir beras terbesar secara berurutan pertama, kedua dan keempat di dunia, belum melarang ekspor beras.

Namun, Thailand sempat mengeluarkan kebijakan larangan ekspor telur, tetapi Thailand bukan pemasok utama telur di dunia karena hanya 1% dari dunia, tapi kini larangan ekspor itu sudah berakhir. FAO mengungkapkan pembatasan ekspor pangan saat ini relatif lebih jarang dibandingkan saat krisis pangan dunia 2007-2008 lalu.

Namun, bagi Indonesia, kebijakan-kebijakan beberapa negara tersebut sudah dicoba diantisipasi. Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, sempat buka-bukaan mengenai kesiapan Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan. Dia menjelaskan bahwa sejumlah negara sudah mendeteksi adanya kemarau panjang yang bakal mengganggu produksi pangan.

"Ada beberapa negara yang mereka mengutamakan untuk dalam negerinya, untuk masalah pangan. Sehingga mereka tidak akan menjual keluar. Nah ini tentunya juga menjadi antisipasi kita," kata Budi Waseso beberapa waktu lalu.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan United States Department of Agriculture  (USDA) memproyeksikan produksi padi secara global sepanjang 2019-2020 mencapai 493,8 juta ton atau lebih rendah dari realisasi produksi padi secara global pada 2018-2019 yang mencapai 496,5 juta ton.

Selain itu, indeks harga pangan dunia periode Januari-Mei 2020 cenderung menurun. Penurunan relatif tajam terjadi pada harga minyak nabati dan hasil peternakan.

Sementara negara pengekspor beras seperti Thailand dan Vietnam, diakui Airlangga juga akan memasuki musim kering.

"Vietnam dan India melarang ekspor dan harus diproduksi, kalau mengandalkan impor cukup sulit," katanya.

Pemerintah kini sedang mempercepat proses produksi padi hingga penyiapan lahan baru di Kalimantan untuk produksi beras.

(CNBCIndonesia.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini