Kisah Penjual Sayur Miliki Putra Kuliah S-2 dan Jadi Imam Masjid di Amerika

Redaksi Redaksi
Kisah Penjual Sayur Miliki Putra Kuliah S-2 dan Jadi Imam Masjid di Amerika
(Foto: Fuji Rachman/Sahabat Keluarga Kemendikbud/Solopos)
Mak Cut, penjual sayur di daerah Lampasi, Aceh Besar.

KISAH inspiratif hadir dari seorang penjual sayur bernama Siti Narimah (70). Ia merupakan orangtua dari seorang anak yang kuliah S-2 di Amerika Serikat, sekaligus menjadi imam masjid di sana.

Mengutip dari Solopos, Minggu (12/7/2020), perempuan yang biasa disapa Mak Cut ini berasal dari Lampasi, Aceh Besar, Aceh. Ia biasa memulai aktivitas selepas Sholat Subuh. Dirinya mengawali pagi dengan pergi ke pasar tradisional Lampasi. Di pasar itu Mak Cut berbelanja aneka sayur yang akan dijual kembali di depan rumahnya.

Pekerjaan sebagai penjual sayur yang awalnya menjajakan dari pintu ke pintu dilakoni sejak Mak Cut menikah hingga awal 1990-an. Kemudian Mak Cut berjualan di pasar pagi, Banda Aceh, Aceh. Dikarenakan faktor usia, aktivitas berjualan kini dilakukan di kios depan rumahnya.

Suaminya Ridhwan K meninggal setelah menjadi korban konflik Aceh pada Januari 2004. Kepergian suami menjadikan Mak Cut menjadi satu-satunya tulang punggung ekonomi keluarga. Dia pun harus berjuang membesarkan, menyekolahkan, sampai menghidupi tujuh anaknya.

Salah satu anaknya, Aula Andika Fikrullah Al Balad, kini tengah menempuh kuliah S-2 di Instructional Technology, Lehigh University, Bethlehem, Amerika Serikat.

"Rezeki tidak pernah tertukar. Insya Allah besok Allah gantikan dengan yang lebih baik. Karenanya, kalian harus sekolah setinggi mungkin. Berpendidikan dan jadi orang baik," pesan Mak Cuk kepada anak-anaknya, dikutip dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, beberapa waktu lalu.

Mak Cut dan almarhum suaminya memang buta huruf, tetapi mereka tak pernah membiarkan anak-anaknya mengalami hal sama. Segala usaha ditempuh untuk menjadikan anaknya berpendidikan serta berprestasi.

Aula dengan segala keterbatasan ekonomi keluarga mampu mencetak segudang prestasi sejak menempuh pendidikan SD sampai kuliah di Universitas Syah Kuala Aceh. Kisah inspiratif dari penjual sayur ini terlihat saat Aula akan masuk SD. Mak Cut tidak memiliki uang untuk bisa mendaftar sekolah.

"Saya tidak mampu untuk membayar uang masuk. Saya hanya punya jaminan. Jika selama sekolah Aula tidak meraih juara kelas, juara di aneka perlombaan di sekolah atau luar, dan berperilaku tidak baik, silakan dikeluarkan. Saya menerima itu. Tapi beri anak saya kesempatan untuk sekolah dan membuktikan itu," ujarnya.

Pernyataan Mak Cuk itu terbukti. Aula menjadi juara kelas sejak awal masuk sampai tamat. Dia juga menjuarai aneka perlombaan dalam dan luar sekolah serta berbagai kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

Aula kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 5 Banda Aceh dan selalu menjadi juara kelas sampai mengikuti berbagai lomba seperti olimpiade fisika dan public speaking. Selepas SMP, Aula ingin melanjutkan pendidikan SMA, namun Mak Cut terkendala biaya.

"Saya hampir kehilangan kesempatan belajar di bangku sekolah menengah atas dikarenakan ibu tak memiliki uang untuk melunasi uang pendaftaran ulang. Ibu saat itu sudah pasrah. Angka Rp1 juta tentu sangat besar bagi seorang tukang sayur sepertinya," cerita Aula mengenang kisah inspiratif ibundanya yang jadi pedagang sayur itu.

Namun berkat dukungan anggota keluarga lainnya uang daftar ulang terpenuhi. Kakaknya membantu biaya masuk sekolah di MAN 2 Banda Aceh, Aula mengikuti berbagai kejuaraan hingga akhirnya menjadi juara. Uang dari perlombaan itu digunakan untuk menyokong biaya kuliah.

Aula kemudian dinyatakan masuk di Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Syiah Kuala. Biaya kuliah S1-nya ditanggung 100 persen oleh pemerintah melalui program Bidikmisi.

"Alhamdulillah, saya juga bisa menyisihkan beberapa rupiah untuk membantu perekonomian keluarga. Meski di saat yang bersamaan ibu selalu menolak menerima tabungan itu dan yang paling menyedihkan Beliau malah memohon maaf karena tidak mampu memberikan uang jajan ke saya," kata Aula di laman Sahabat Keluarga Kemendikbud.

Raja Baca Aceh

Selama menjadi mahasiswa, kisah inspiratif berlanjut karena anak penjual sayur ini meraih berbagai prestasi membanggakan, seperti mewakili Indonesia dalam Nusantara Leadership Camp se-ASEAN dan berhasil masuk Top 10 Best Nomination Delegate.

Pada September dan Desember 2013, Aula berhasil lolos pada Indonesia Entrepreneur Camp dan National Indonesian Educator Conference. Kemudian pada 2014, ia terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi Terbaik II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Selain itu pada 2014 juga menjadi delegasi Indonesia Youth Forum di Wakatobi, Sulawesi Tenggara; dan dianugerahkan kepercayaan sebagai Duta Promosi Pariwisata Wakatobi selama tiga tahun berturut.

Kemudian terpilih sebagai peserta pada Paris Model United Nation, Mumbai Model United Nation, dan Entreprenuer Winter School di Hong Kong.

Aula kemudian dinobatkan sebagai Raja Baca Aceh pada 2014. "Di berbagai berita muncul dengan judul `Raja Baca Aceh` lahir dari ibu yang tak bisa baca," cerita Aula.

Setelah itu, dia mengejar mimpi agar bisa kuliah di luar negeri. Berbagai program beasiswa dicoba, namun sempat gagal. Bahkan Aula sampai harus mencoba 53 kali agar bisa meraih beasiswa.

Doa Orangtua

Kala itu Aula sampai putus asa. Mak Cut tak membiarkan Aula menyerah pada keadaan. Dia meminta mencoba sekali lagi atau usaha ke-53 dengan mengajukan beasiswa USAID Prestasi Scholarship Programme.

Aula menyiapkan aplikasi ini dengan tanpa semangat, pasrah dan tidak berharap lolos sekali pun. Berkat dukungan dan doa orangtua, Aula yang saat itu sedang menjalankan program magang guru pesantren/dayah se-Aceh di Jawa Timur dinyatakan menjadi penerima beasiswa.

Saat ini Aula tercatat sebagai Candidate Master of Science in Instructional Technology di Lehigh University, Bethlehem, Amerika Serikat. Di Lehigh, dia terpilih sebagai Student Ambassador Lehigh University, berkesempatan ikut andil dalam berbagai kegiatan PBB di New York.

Di sela-sela kegiatan kuliah S-2, Aula mendapat undangan untuk mengimami sholat berjamaah di berbagai masjid di Amerika Serikat. Kisah inspiratif berlanjut saat dia juga mencoba keberuntungan magang di United Nations pada program UN Academic Impacts.

Awal mula Aula menjadi imam masjid di AS diawali pada Desember 2018. Ketika itu pengurus Masjid Al Falah meminta kesediaan Aula mengisi khotbah Jumat dan memimpin Sholat Jumat.

Sejak itu Aula diminta menetap di masjid memimpin sholat lima waktu, mengisi pengajian jamaah, serta ikut andil menjadi narasumber pada berbagai diskusi keagamaan dengan berbagai komunitas dan agama lainnya.

"Semua itu bukan karena kepintaran saya, tetapi makbulnya doa seorang ibu untuk anaknya. Saya sangat berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji dan umrah bersamanya," jelas dia.

(okezone.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini