Waspada! Pupuk Impor China Serbu Pasar RI

Redaksi Redaksi
Waspada! Pupuk Impor China Serbu Pasar RI
(Dok. pupuk-indonesia.co.id)
Foto: Ilustrasi Pupuk

JAKARTA - Indonesia hingga kini masih harus bergantung pada kebutuhan pupuk impor. Padahal, dari dalam negeri ada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bisa memproduksi yaitui holding PT. Pupuk Indonesia. BUMN ini harus bersaing menghadapi kerasnya persaingan di industri pupuk dalam negeri.

Head of Corporate Communication PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana mengakui adanya persaingan di dalam negeri dengan pupuk impor, utamanya dari China dalam merebutkan pasar di antara para petani. Selain itu, pupuk asal China juga menjadi saingan keras bagi pupuk lokal.

"Kita andalkan loyalitas petani pada produk kita, terutama ketersediaan barang yang ada dimana-mana. Yang jelas, urea masih sangat optimistis. Urea dalam dan luar negeri kita termasuk pemain utama lah," katanya kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/5).

Agar bisa bersaing, tentu harus memiliki harga yang murah. Dalam memproduksi pupuk, salah satu komponen utamanya adalah harga gas yang digunakan. Semakin murah, maka bisa meminimalisir harga agar bisa semakin murah.

"Dengan efisiensi, kurang biaya distribusi, kurangi rate konsumsi gas. mengurangi biaya-biaya yang efisienkan harga yang ada. Intinya efisiensi supaya bisa bersaing dengan pupuk dari luar," sebut Wijaya.

Kesiapan menghadapi produk impor harus disiapkan oleh produsen lokal. Pasalnya, menurut data Badan Pusat Statistik, Indonesia masih doyan mengimpor pupuk. Selama bulan April, pupuk masuk ke dalam 10 golongan utama barang yang diimpor mencapai US$ 159 juta atau sekitar Rp 2,2 triliun. Hal ini cukup memperihatinkan karena pada Maret 2020 impor pupuk tak masuk 10 besar.

Berikut 10 golongan utama barang yang di impor selama April 2020:

1. Mesin dan perlengkapan elektrik US$ 1,66 miliar

2. Besi dan baja US$ 667,9 juta

3. Plastik dan barang dari plastik US$ 694,7 juta

4. Kendaraan dan bagiannya US$ 398,8 juta

5. Ampas/sisa industri makanan US$ 342,4 juta

6. Berbagai produk kimia US$ 291,1 juta

7. Pupuk US$ 159,2 juta

8. Sayuran US$ 112 juta

9. Logam mulia, perhiasan/permata US$ 20,8 juta

10. Senjata dan amunisi serta bagiannya US$ 800 ribu.

(CNBCindonesia.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini