Derita Orangtua Punya Anak LGBT

Oleh: H Soenarwoto Prono Leksono (Penulis tinggal di Madiun, Jawa Timur)
Redaksi Redaksi
Derita Orangtua Punya Anak LGBT
H Soenarwoto Prono Leksono
SEBELUM riuh perbincangan Lesbi, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) mengemuka seperti belakangan ini, saya pernah didatangi seorang ibu jamaah.

Ia mengeluhkan perihal anak lelaki semata wayangnya yang memiliki perilaku tak normal. Bencong. Sang buah hati ternyata menyukai sesama jenis (lelaki). Naudzubillahimindzalik.

"Saya sangat malu dengan famili dan para tetangga. Sebab, semua famili dan tetangga memperbincangkan perilaku menyimpang anak lelaki saya," keluh ibu yang memiliki anak lelaki semata wayang berperilaku tak normal itu.

Mendengar keluhan ini saya cuma bisa prihatin. Lalu saya bertanya kepada ibu itu, apakah selama ini sudah menegur atau menasehati anaknya? Perilakunya mencintai sesama jenis itu sesungguhnya menyalahi kodrat dan tidak dibenarkan dalam agama (Islam). Haram.

Maaf. Saya pun terpaksa mengutip beberapa status teman di Facebook yang sangat logis dalam kepatutan dan kepantasan dalam hubungan biologis; Se-anjing anjingnya pejantan anjing, ia tidak bakal kawin dengan anjing jantan. Demikian se-babi babinya pejantan babi, pasti akan mengawini babi betina.

Ibu itu langsung mengangguk. Sangat sepakat. "Sebenarnya, udah berkali-kali saya menasehati. Tapi, dia malah balik memarahi saya. Saya malah dilarang membawa-bawa agama. Kalau saya berani lagi mempersoalkan perilakunya, ia malah mengancam akan bunuh diri. Sejak itulah saya tidak berani mempersoalkannya," kata ibu itu.

Terus terang, kata ibu itu, ia sangat mencintai anaknya. Ia adalah darah dagingnya. Ia yang digadang-gadang menjadi generasi penerusnya kelak. Karenanya, meski menderita batin atas perilaku anaknya itu, ia tetap bersabar dan berdoa agar anaknya bisa menjadi lelaki normal.

Mencintai perempuan dan menikahinya. Kemudian ia memiliki anak keturunan seperti lazimnya pasangan suami-istri dalam berumah tangga. Dengan begitu ia akan senang dan bahagia bisa menim ang cucu.

"Sehabis shalat fardlu atau bahkan setiap saat, saya selalu berdoa agar anak saya itu menjadi lelaki normal," ujar ibu itu.

Sebenarnya, aku ibu ini, anaknya itu menyadari akan perilakunya yang salah dan menyimpang itu. Ini ia rasakan ketika acara sungkeman Lebaran. Anaknya selalu menangis dan minta maaf.

"Bu, maafkan anakmu ini jikalau sekarang belum bisa menjadi lelaki normal," kata ibu itu menirukan ucapan anaknya.

Mendengar ucapan anaknya di sungkeman lebaran itu hatinya sedikit senang. Ada secercah harapan anak lelakinya suatu saat nanti akan bisa kembali normal. Jadi lelaki tulen. Mencintai dan menikahi lawan jenis (perempuan). Selama ini, aku ibu itu, sangat menderita batin.

Menanggung malu yang sangat di muka masyarakat. Ibu ini merasakan itu aib. Ibu ini sangat khawatir dan cemas terhadap perilaku anaknya yang menyimpang tersebut mati muda. Sebab, belum lama ini teman anaknya yang juga jadi bencong mati muda akibat mengidap virus HIV/AIDS.

Ibu itu takut anaknya mati muda akibat terkena HIV/AIDS. Sebab, banyak sudah korban meninggal akibat terkena HIV/AIDS adalah mereka memiliki perilaku seks yang menyimpang (LGBT).

Lebih dari itu, ibu ini takut anaknya menjadi "Ryan", pelaku pembunuhan belasan korban dengan cara dimutilasi itu. Sebab diketahui Ryan asal Jombang, Jawa Timur, itu konon seorang LGBT. Dan banyak contoh lagi kehidupan LGBT yang menyeramkan.

"Saya takut. Takut sekali anak saya dari LGBT menjadi seorang Ryan. Menjadi pembunuh berdarah dingin. Sadis. Ya Allah, sembuhkanlah anak kami dari perilaku LGBT," doa ibu itu.

Doa ibu ini, tentu, menjadi doa ibu-ibu atau orang tua (ortu) lain yang anak-anaknya kini menjadi LGBT. Demikian juga bagi ibu-ibu yang normal dan pemerintah yang normal akan berdoa untuk memiliki generasi bangsa yang sehat dan normal. Bukan generasi LGBT.

Untuk itu, dalam catatan ini, saya pun ikut berdoa laiknya ibu-ibu yang normal dan pemerintah yang normal. "Ya Rabb, selamatkan negeri ini dari "ancaman" LGBT. Jangan jadikan negeri ini menjadi negeri LGBT. Amiin."

(ROL)

Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini