Muhammad Ali, Legenda Pendobrak Batas

Redaksi Redaksi
Muhammad Ali, Legenda Pendobrak Batas
(AFP PHOTO)
Muhammad Ali lebih dari sekadar petinju.

MUHAMMAD ALI akan selalu diingat tidak hanya juara dunia tinju terhebat sepanjang sejarah, tapi juga pendobrak batas masalah kehidupan di Amerika Serikat dan dunia.

Jika berbicara mengenai Muhammad Ali, maka kita tidak hanya berbicara mengenai salah satu atlet terhebat sepanjang sejarah. Ali lebih dari itu. Ali juga pejuang hak-hak sipil, pejuang anti-perang, dan selebritas.

Ali yang lahir pada 17 Januari 1942 tidak hanya tiga kali merebut tiga gelar juara dunia kelas berat, tapi juga berjuang untuk masyarakat kulit hitam ketika masalah segregasi kental terjadi di Amerika Serikat.

Ali tidak mau hidupnya sebagai warga kulit hitam dikekang. Itu sebabnya dia mengubah nama dari Cassius Clay menjadi Muhammad Ali pada 25 Februari 1964 setelah menjadi Muslim. Ali menolak dan marah jika ada orang yang masih memanggilnya dengan Cassius Clay, yang merupakan `nama budak`.

`Pemberontakan` Ali berlanjut ketika menolak wajib militer ketika Amerika Serikat melakukan invasi ke Vietnam. Ali rela gelarnya dicopot, dilarang bertarung sepanjang 1967 hingga 1970, didenda US$10 ribu, hingga divonis lima tahun penjara karena menolak ikut perang di Vietnam.

Muhammad Ali memperjuangkan hak-hak sipil dan pejuang kemanusiaan di luar ring tinju. (AFP PHOTO MIKE FIALA)


Tapi, Ali tidak gentar. Ali sepertinya sadar ada yang lebih cepat daripada pukulan dan gerak kakinya, yakni mulut dan pemikirannya.

Kata-kata paling legendaris yang dikeluarkan Ali ketika itu adalah, "Saya tidak punya masalah dengan Vietcong. Tak ada Vietcong yang pernah memanggil saya negro. Mengapa mereka harus meminta saya untuk mengenakan seragam dan pergi 10.000 mil dari rumah untuk menjatuhkan bom dan menembakkan peluru ke orang-orang di Vietnam, sementara orang-orang yang disebut negro di Louisville diperlakukan seperti binatang?"

Pada 12 Agustus 1970 ketika kasus penolakan wajib militer masih dalam banding, Ali memperoleh izin bertarung dari Komisi Atletik Kota Atlanta atas bantuan Senator Leroy R. Johnson.

Menjelang pensiun Ali menjadi anggota Komite Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk masalah Apartheid. Ia menghimpun orang-orang dari segala bangsa untuk bersatu melawan diskriminasi ras.

Setelah pensiun pada 1979, Ali mendedikasikan diri untuk membantu mempromosikan perdamaian dunia, kemanusiaan, dan hubungan antar-umat beragama. Pada 1990 Ali bahkan mempertaruhkan nyawa dengan terbang ke Irak guna menegosiasikan pembebasan 15 warga AS yang menjadi sandera pasukan Irak di bawah pimpinan Saddam Hussein.

Di luar ring tinju dan masalah kemanusian, Ali juga menjadi selebritas. Selain memiliki efek yang cukup besar dalam Hollywood, Ali juga dianggap majalah Rolling Stones sebagai 'Bapak Spiritual Rap'. Ocehan-ocehan Ali di atas dan luar ring tinju diklaim menginspirasi sejumlah rapper ternama seperti Run DMC and LL Cool J.

(cnnindonesia.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini