Suhu Panas Ekstrem RI Bisa Naik 4 Derajat, Kok Bisa?

Redaksi Redaksi
Suhu Panas Ekstrem RI Bisa Naik 4 Derajat, Kok Bisa?
Foto: CNBC Indonesia TV

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksikan Indonesia akan terus mengalami peningkatan suhu panas sampai dengan 4 derajat dalam kurun waktu 10 tahun dari sekarang.

Hal tersebut bisa terjadi apabila Indonesia tidak segera menurunkan produksi emisi karbon (CO2) yang salah satunya berasal dari kendaraan berbahan bakar minyak.

Seperti yang dikatakan oleh Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah. Bahwa kenaikan suhu hingga 4 derajat celcius bisa terjadi salah satunya dikarenakan terus bertambahnya emisi karbon di Indonesia.

"Kerasa nggak kalau belakangan ini jam 3 sore temperatur 37 derajat? Panas banget. Saya selama ini sudah lebih dari 60 tahun, saya (merasakan) panas sekali," ungkap Agus dalam program Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Rabu (10/5/2023).

Dia mengatakan bahwa salah satu penyumbang emisi karbon yang tinggi datang dari sektor transportasi. Agus menyebutkan bahkan sektor transportasi menyumbang emisi karbon hingga 23% dari total emisi karbon di Indonesia.

"Nah itu sebabnya salah satu di antaranya adalah karena emisi CO2. Emisi CO2 itu disebabkan oleh sektor transportasi itu hampir 23%, hampir seperempat. Kalau keadaan seperti ini kita biarkan, dalam waktu 10 tahun proyeksi (suhu) bisa naik sampai 4 derajat (celcius). Jam 3 sore 40 derajat kita mau ngapain?," papar Agus.

Dengan begitu, Agus menilai pemerintah harus melakukan perbaikan agar pengurangan CO2 bisa dikurangi dari sektor kendaraan. "Negara kita salah satu diantaranya yang bersungguh-sungguh melakukan perbaikan. Salah satunya yang disebut bantuan pemerintah. Itu yang kita sebut sebagai salah satu dari kesungguhan kita," ujar Agus.

Untuk diketahui, penurunan emisi karbon juga tengah menjadi fokus di Tanah Air seiring dengan transisi energi yang digaungkan pemerintah. Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi penurunan emisi karbon (CO2) di Indonesia sudah mencapai 91,5 juta ton pada 2022. Angka penurunan ini naik 30,71% dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, nyatanya angka tersebut sudah mencapai target pemerintah yakni sebesar 91 juta ton CO2 sekaligus melanjutkan tren sejak 2019.

Kementerian ESDM mengklaim bahwa capaian tersebut dilakukan melalui aksi mitigasi implementasi energi baru terbarukan (EBT). Strategi pengembangan EBT untuk mendukung transisi energi antara lain pembangunan PLT EBT On Grid, implementasi PLTS Atap, konversi PLTD ke PLT EBT (PLT Gas sebagai transisi), mandatori B30, co-firing biomassa pada PLTU, penyediaan akses energi modern dengan EBT (skala kecil seperti PLTMH, PLTS), eksplorasi panas bumi oleh Pemerintah, dan implementasi EBT off grid dan pemanfaatan langsung.

Dengan upaya ini, pemerintah menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 116 juta ton pada 2023. Jumlahnya pun diproyeksikan mencapai 142 juta ton pada tahun selanjutnya.

(CNBCIndonesia.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini