Ini Bukti Panas Ekstrem di Asia Tenggara Tembus Rekor

Redaksi Redaksi
Ini Bukti Panas Ekstrem di Asia Tenggara Tembus Rekor
Foto: Orang-orang memegang payung saat menyeberang jalan saat suhu mencapai rekor 45,4 derajat Celcius (113,7 Fahrenheit) di Bangkok, Thailand, 22 April 2023. (REUTERS/CHALINEE THIRASUPA)

JAKARTA - Cuaca panas 'ekstrem' terjadi di beberapa negara di Asia, bahkan tembus rekor selama berminggu-minggu. Hal ini menyebabkan penutupan sekolah dan lonjakan penggunaan energi.

Rekor suhu tinggi pada bulan April tercatat di stasiun pemantauan cuaca di seluruh Thailand, Myanmar, Laos, dan Vietnam, serta di China dan Asia Selatan.

Ahli Iklim dan Sejarawan Cuaca Maximiliano Herrera, pada Selasa lalu empat stasiun cuaca di Myanmar mencapai atau menyamai rekor suhu bulanan, dengan Theinzayet di negara bagian Mon Timur dengan suhu tertinggi 43 derajat celcius.

Lalu pada Rabu, di Bago Timur Laut Yangon, mencapai 42,2 derajat Celcius menyamai rekor sepanjang masa yang sebelumnya tercatat pada Mei 2020 dan April 2019.

"Ada rekor panas yang tak ada habisnya di Asia Tenggara, dengan rekor berminggu - minggu turun setiap hari," kata Maximiliano, melansir The Guardian, Sabtu (29/4/2023).

Di Thailand juga akhir pekan lalu pihak berwenang menyarankan orang di Bangkok dan daerah lain di negara itu untuk tinggal di rumah supaya tidak sakit. Suhu mencapai 42 derajat celcius di Ibu Kota Thailand dan indeks panas menunjukan angka mencapai 54 derajat celcius.

Cuaca panas ini juga telah berkontribusi pada rekor konsumsi listrik di Thailand, dengan negara itu mengonsumsi lebih dari 39.000 megawatt pada 6 April lalu, lebih tinggi dari April sebelumnya 32.000 megawatt.

Di Filipina cuaca panas juga membuat kalender sekolah bergeser. Dimana ratusan sekolah telah beralih ke pembelajaran jarak jauh untuk mencegah siswa jatuh sakit.

Sementara kelompok guru meminta waktu mengajar yang lebih singkat dan ukuran kelas yang lebih kecil untuk meringankan kondisi.

Sebelumnya, pada bulan Maret lebih dari 100 siswa sempat dirawat di rumah sakit di Laguna, Tenggara Manila, karena dehidrasi setelah mengikuti latihan kebakaran saat suhu antara 39 - 42 derajat celcius.

Secara global, tahun 2022 digolongkan sebagai salah satu tahun terpanas. Delapan tahun terakhir secara kolektif juga menjadi tahun terpanas yang didokumentasikan secara sains modern. Bahkan fenomena cuaca El Nino tahun ini akan menyebabkan suhu semakin meningkat.

"yang miskin akan menderita, paling banyak. terutama ini menghancurkan komunitas petani, orang-orang yang bergantung pada pertanian atau perikanan," kata Dr Fahad Saseed Pemimpin Regional untuk Asia Selatan dan Timur Tengah di Climate Analytics sebuah lembaga kebijakan Ilmu Iklim.

Di Bangladesh suhu juga naik di atas 40 derajat celcius di Ibu Kota, Dhaka awal bulan ini. menandai hari terpanas dalam 58 tahun dan menyebabkan permukaan jalan mencair.

Pusat Internasional untuk Pembangunan Gunung Terpadu (Icimod), sebuah kelompok antar pemerintah telah mengangkat keprihatinan khusus tentang dampak pemanasan global di wilayah Hindu Kush Himalaya.

Wilayah ini memiliki kumpulan air beku terbesar ketiga di dunia, dan memanas dua kali lipat dari rata-rata global.

(sumber: CNBCIndonesia.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini