Rotasi Matahari dalam Penjelasan Alquran dan Sains

Redaksi Redaksi
Rotasi Matahari dalam Penjelasan Alquran dan Sains
(Foto: Shutterstock)

JAKARTA - Perdebatan mengenai pusat tata surya sempat digeluti oleh para ilmuwan dahulu. Bumi bahkan sempat disebut sebagai pusat dari tata surya. 

Para filsuf Eropa dan ilmuwan menyakini bahwa bumi merupakan pusat alam semesta dan seluruh benda-benda langit termasuk matahari mengelilingi bumi. Di Barat, teori Geosentris dengan konsep yang meyakini bumi sebagai pusat alam semesta, sudah menjadi pemahaman yang lazim dari abad kedua sebelum masehi.

Pada 1912, Nicholas Copernicus mengemukakan teori Heliosentris dalam konsep tata surya. Teori ini menegaskan bahwa matahari selalu bergerak sebagai pusat tata surya dengan planet-planet mengelilinginya. 

Pada 1609, ilmuwan Jerman Yohannus Keppler mengenalkan teori Astronomia Nova yang menyimpulkan bahwa selain planet-planet mengelilingi matahari dalam garis orbit, mereka juga berputar pada sumbu masing-masing dengan kecepatan yang tidak teratur. 

Penemuan teori ini menjadi alasan yang tidak dapat dipungkiri bagi para saintis Eropa untuk mengoreksi kembali mekanisme sistem dari matahari. Di mana posisi matahari sebagai pusat tata surya dan termasuk di dalamnya proses bergantinya siang dan malam. 

Setelah penemuan teori ini, teori yang menganggap bahwa matahari statis dan tak berputar pada sumbunya seperti bumi adalah keliru. Rupanya, rotasi matahari juga telah dijelaskan dalam Alquran. 

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya,” bunyi surah Al-Anbiya Ayat 33. 

Dijelaskan dalam buku “Miracles of Alquran & Assunah” bahwa fakta berputarnya matahari pada sumbunya telah banyak dicatat. Fakta ini dapat dibuktikan dengan bantuan alat canggih untuk mengambil gambar matahari. 

Penelitian membuktikan bahwa akan muncul bintik-bintik pada matahari jika telah genap melakukan satu fase rotasi penuh yang memerlukan waktu 25 hari. Pada kenyataannya, matahari bergerak mengelilingi angkasa dengan kecepatan sekira 150 mil dan memakan waktu sekitar 200 juta tahun untuk menyelesaikan satu kali revolusi di sekitar galaksi Bimasakti.

(kem/okezone)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini