Lebih Banyak Lowongan, Belanda Alami Krisis Tenaga Kerja

Redaksi Redaksi
Lebih Banyak Lowongan, Belanda Alami Krisis Tenaga Kerja
Foto: Warga Belanda (AP/Peter Dejong)

JAKARTA - Belanda kini mulai mengalami krisis tenaga kerja. Ketatnya pasar membuat kekurangan staf terjadi hampir di semua profesi.

Mengutip media lokal Belanda, NL Times, pasar tenaga kerja menjadi dua kali lebih ketat dari sebelumnya. Ini merujuk data terbaru lembaga tunjangan setempat UWV.

"Kekurangan di pasar tenaga kerja semakin memiliki konsekuensi negatif bagi perekonomian," tulis lembaga itu, dikutip Jumat (23/9/2022).

"Dan, semakin banyak orang di Belanda yang menghadapinya," tambahnya.

Badan tersebut menyebutkan, ada 92 kelompok profesional yang langka pekerja. Ini berlaku sepanjang 2022 ini, hingga Juni.

"Pada awal tahun ini, tidak ada kekurangan pemandu wisata, pelukis, pelukis logam, pekerja konstruksi, dan pengemudi," tulis UWV.

"Kekurangan yang paling signifikan saat ini adalah di antara para insinyur, ahli listrik, mekanik mesin, perawat, dan pengembang perangkat lunak," tambah badan itu lagi.

Kekurangan itu berdasarkan jumlah lowongan yang tidak terisi dan jumlah orang yang telah menerima tunjangan pengangguran selama kurang dari enam bulan. Jumlah lowongan pada di kuartal kedua 2022, juga meningkat 44% dibandingkan tahun sebelumnya sementara orang yang menerima tunjangan pengangguran menurun 31% pada periode yang sama.

"Lebih banyak lowongan dan lebih sedikit orang yang dapat mengisinya," kata organisasi itu lagi.

Menurut UWV lagi, karena kekurangan personil, beberapa perusahaan terpaksa tutup. Di sektor transportasi misalnya, banyak perjalanan kereta api dibatalkan, dan bandara Schiphol terjebak waktu tunggu lebih lama.

"Bahwa mempertahankan staf yang ada menjadi semakin penting karena pasokan kandidat yang tersedia mengering," tulis lembaga itu lagi.

"Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan menawarkan pengembangan dan tantangan yang cukup, tetapi juga memperhatikan vitalitas, kondisi kerja, jam kerja, dan tekanan kerja sangat penting untuk mengikat dan memikat karyawan," jelasnya.

Sebenarnya 'kiamat' pekerja ini tak hanya terjadi di Belanda. Sejumlah negara seperti Malaysia, Australia, Amerika Serikat, hingga Kanada dan Jepang merasakan hal yang sama.

Secara garis besar, mengutip sejumlah laman seperti Fox News dan Reuters, pandemi Covid-19 menjadi alasan. Di AS misalnya terjadi gerakan "great resignation" sementara di Kanada, pensiun lebih cepat.

(sumber: CNBCIndonesia.com)


Tag:
Berita Terkait
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers riaueditor.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online riaueditor.com Hubungi kami: riaueditor@gmail.com
Komentar
Berita Terkini